Hal-Hal yang Perlu Kita Tahu Sebelum Naik Gunung

Kamu suka jalan-jalan? Biasanya jalan kemana dan ngapain? Snorkling atau diving di tengah laut? Lihat sunset dan sunrise di pantai? City trip? Wisata kuliner? Atau naik gunung?

Dari beragam tipe-tipe jalan tadi, salah satu yang terasa berat dan butuh bekal khusus pastinya naik gunung. Dulu, aktivitas naik gunung bakal lekat banget sama anak-anak mapala atau anak-anak pecinta lingkungan yang terkesan kuat, gahar dan mandiri banget. Jauh beda sama kondisi sekarang, naik gunung bisa dijalanin oleh siapa pun, orang kantoran, kaum sosialita, bahkan ibu rumah tangga.

Aku sendiri, yang tergolong sebagai orang kantoran, mulai punya keinginan untuk bisa mendaki gunung sejak tahun 2015. Alasannya sederhana, ingin keluar dari rutinitas dan hiruk pikuk pekerjaan dan bisingnya ibu kota. Dan tentunya menyegarkan mata, pikiran dan perasaan dengan pemandangan dan suasana yang menenangkan yang akan disuguhkan alam semesta.

Pemandangan Gunung Meranti dari Kawah Ijen

Pemandangan pegunungan bernuansa biru dengan gumpalan awan dan hamparan pepohonana berwarna hijau seperti gambar di atas tentu menjadi salah satu daya tarik dan sekaligus daya dorong untuk mendaki gunung. Pemandangan seperti itu lah yang ku inginkan untuk menenangkan diri dan me-recharge energi. Senang sekali aku bisa merasakan dan menikmati keindahan itu saat mendaki Gunung Ijen di Banyuwangi tahun lalu.

Selain pemandangan syahdu yang kita dapatkan dari pendakian gunung, kita juga akan mendapatkan banyak teman seperjalanan dan teman sependakian yang bisa kita temui selama masa-masa pendakian dan summit. Salah satu lesson learn berharga yang ku dapat saat mendaki gunung adalah kita dapat melihat karakter, ketulusan dan rasa gotong royong dan kebersamaan antar teman-teman sependakian. 

Di atas gunung kita bisa menjalin pertemanan dengan sesama pendaki dari mana pun!


Teman-teman sependakian Gunung Ijen

Cerita tadi baru sepenggal cerita manis saat naik gunung. Dan sesungguhnya ada banyak juga cerita-cerita yang melelahkan di balik suksesnya seorang pendaki sampai puncak. Pun, kalau kita mau naik gunung kita juga harus belajar keterampilan survival dan memahami fakta-fakta serta mitos yang santer terdengar mengenai pendakian gunung.

Sebagai seorang yang masih awam, dan masih penasaran dengan aktivitas naik gunung, aku senang sekali ada acara sharing yang membedah fakta dan mitos naik gunung yang diselenggarakan KUBBU BPJ bersama dengan RS Firdaus, Minggu 27 Agustus kemarin di Casapatsong's Kitchen, Cikini.

Dalam acara ini hadir dr. Ridho Adriansyah (RS Firdaus), Harley B. Sasta (Pegiat alam, penulis, pemerhati konservasi alam e-magazine mountmag), Tyo Survival (Ex-Host Jejak Petualang & Co-Host Berburu Trans TV), Siti Maryam (Survivor 4 hari 3 malam di Rinjani), Edi M. Yamin (Founder BPJ) sebagai narasumber pada acara sharing kemarin.

Para Narasumber


Ternyata, ada banyak hal loh yang perlu kita tahu dan pelajari sebelum naik gunung! Biar kita siap menghadapi berbagai macam kondisi di gunung yang tak menentu. Nah berikut ini, beberapa hal yang perlu kita siapkan:

Pertama, siap fisik. Medan perjalanan ke gunung pastinya lebih berat dibanding jenis-jenis traveling lain. Oleh karena itu, kita harus banget memersiapkan latihan fisik sebelum naik gunung dan kondisi yang prima saat berangkat. Seperti yang diungkapkan oleh dr. Ridho Adriansyah dari RS Firdaus, kondsi fisik manusa akan mengalami gangguan jika berada di wilayah dengan ketinggian di atas 3.500 mdpl. Gejala paling sederhana dari gangguan ini yakni pusing dan mual.

Ada baiknya juga sebelum naik gunung, kita memeriksa kondisi fisik terlebih dahulu. Sehingga kita bisa mengukur kondisi kesehatan dan menyiapkaan vitamin atau obat-obatan yang diperlukan saat mendaki gunung. Untuk mengecek kesehatanmu, kamu bisa juga menyambangi RS Firdaus yang akan melayanimu dengan sepenuh hati dan tentunya memberikan pelayanan yang baik bagi para pemegang kartu BPJS.

Kedua, siap mental. Kesiapan mental tentu menjadi salah satu hal utama dan sangat penting ketika kita akan mendaki gunung. Dengan mental yang siap seyogyanya kita bisa melampui proses pendakian dan perjalanan pulang dengan tenang dan selamat. Kesiapan mental juga amat dibutuhkan ketika kita mengalami gangguan-gangguan selama dalam perjalanan. Kesiapan mental yang kuat selayaknya cerita Siti Maryam, yang bisa bertahan hingga 4 hari 3 malam di tengah belantara gunung dan terpisah dari rombongan di Gunung Rinjani.

Ketiga dan keempat, siap peralatan dan pengetahuan survival. Peralatan tentu menjadi faktor yang menunjang keselamatan dan kenyamanan kita selama perjalanan mendaki gunung. Seperti sharing yang dibawakan oleh Mas Tyo, kita harus membawa peralatan yang sesuai kebutuhan dan memahami cara-cara penggunaan dan manfaatnya saat di lapangan.

Kelima, siap bahan makanan. Yup, bahan makanan tentu jadi alat tempur yang wajib disiapkan kalau mau naik gunung. Pasalnya, di atas gunung sana pasti akan kesulitan ya buat belanja bahan makanan buat dimasak dan dimakan di sana. Selain itu, kita juga harus punya stok makanan kudapan yang bisa jadi sumber energi dan jangan terpisah dari tas yang selalu kita bawa kemana pun. Kudapan sumber energi bisa berupa coklat, madu, fitbar atau pun snack yang mengandung karbohidrat. Pelajaran ini kutarik dari pengalaman Mba Siti yang terpisah dari rombongan selama 4 hari dan bertahan hanya dengan berbekal madu dan permen karena tasnya juga terpisah dengan dirinya. Pengalaman ini benar-benar jadi pembelajaran yang penting!

Keenam, mengetahui adat istiadat dari lokasi gunung. Layaknya, peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, maka setiap kali kita hendak menaiki gunung di suatu wilayah tentunya kita juga harus memahami dan menghormati peraturan dan adat istiadat dari lokasi setempat. Selain itu, tentu kita juga harus turut menjaga kebersihan lingkungan gunung seperti ulasan dari Mas Harley.

Ketujuh, siap teman perjalanan. Selama perjalanan dan pendakian tentu kita membutuhkan teman perjalanan yang solid, setia dan mau saling membantu. Jangan sampai deh naik gunung tapi nekat sendiri dan ga punya teman yang bisa diajak kerjasama pas naik gunung.

Bedah Fakta dan Mitos Naik Gunung KUBBU BPJ x RS Firdaus

Info lebih lanjut:




RS Firdaus
Komplek Bea Cukai, Jl Siak J5/14, Sukapura, Cilincing, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta 14140
021-4407322
021-4400063
rsp.firdaus.jakut@gmail.com

Senandung Ibu Pertiwi Rayakan Kemerdekaan RI

Hari ini, 17 Agustus 2017, Republik Indonesia tepat merayakan hari kemerdekaannya yang ke-72. Hari Ulang Tahun Republik Indonesia kali ini yang bertajuk "Indonesia Kerja Bersama" memunculkan warna-warni perayaan dari segenap kementrian dan lembaga negara. Salah satu perayaan HUT RI tahun ini adalah pameran 48 lukisan koleksi istana yang dipamerkan di Galeri Nasional selama bulan Agustus, dengan tema "Senandung Ibu Pertiwi."

Tema perayaan kemerdekaan "Indonesia Kerja Bersama" terlihat dan terasa dalam pelaksanaan pameran lukisan "Senandung Ibu Pertiwi." Bagaimana tidak, terdapat beberapa lembaga negara yang bergotong royong dalam pelaksanaan pameran ini, mulai dari Istana Republik Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif, Galeri Nasional dan Mandiri.

Pameran Lukisan Istana "Senandung Ibu Pertiwi" di Galeri Nasional


Pameran lukisan istana tahun ini merupakan pameran kali kedua yang diselenggarakan di Galeri Nasional. Dengan terselenggaranya pameran ini, masyarakat umum bisa menikmati karya-karya lukisan yang menjadi koleksi istana, yang tentunya akan sulit dijangkau dan dinikmati masyarakat umum pada hari-hari biasa.

Aku sendiri sudah beberapa kali mengunjungi Galeri Nasional untuk mengunjungi pameran lukisan Pangeran Diponegoro, pameran keramik dan beberapa pameran lainnya. Namun, baru kali ini aku mengunjungi Galeri Nasional untuk melihat dan menikmati karya-karya lukisan yang mengisahkan keindahan dan keseharian masyarakat di tanah Indonesia.

Sudut Pameran Lukisan Bertemakan Mitologi


Pameran kali ini memamerkan beberapa kategori lukisan yang menggambarkan tentang Indonesia, mulai dari pemandangan alam, keseharian, budaya, hingga mitologi. Ketika aku mengunjungi Galeri Nasional pada hari Rabu, 9 Agustus lalu, terlihat antusiasme pengunjung yang melihat dan menikmati pameran lukisan ini. Buat kamu yang baru tahu informasi ini, tenang, kamu masih bisa menikmati pameran lukisan ini hingga 30 Agustus ya! Jangan lupa pamerannya berlangsung dari pukul 10.00 - 20.00 WIB. Dan, kamu dibebaskan biaya masuk untuk melihat-lihat karya-karya ini. Untuk mempermudah registrasimu ke pameran ini, kamu bisa mendaftar secara online di www.bek-id.com.

Keramaian Pengunjung Pameran Lukisan "Senandung Ibu Pertiwi"


Seperti yang ku bilang tadi, tahun ini ada 48 lukisan yang dipamerkan, jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya dalam rangka merayakan HUT RI ke-72. Berikut sedikit spoiler dari mahakarya yang dipamerkan ya:

Pemandangan di Sekitar Gunung Merapi karya Abdullah Suriosubroto

Pantai Pelabuhan Ratu karya Mas Pringadi

Menggaru Sawah di Jawa Karya Romualdo Locatelli

Tari Redjang Karya Theo Meler

Keluarga Tani karya Kosnan

Bakul Buah karya Hendra Gunawan


Setelah menyambangi seluruh lukisan yang dipamerkan di sini, aku seakan dibawa untuk melihat Indonesia secara lebih luas dan lebih dekat. Pemandangan alam yang begitu beragam, dataran rendah, datar dan tinggi, hingga laut, beragam budaya tradisi yang melekat di setiap kelompok masyarakatnya, hingga kisah-kisah mitologi yang turut juga menyumbangkan kisah-kisah sejarah bagi Indonesia. Karena Indonesia memang menjadi indah dan kuat karena keberagamannya.

Di sini Aku Melihat Indonesia


Refleksi ini seakan semakin dikuatkan oleh sebuah sajak yang terpampang di salah satu sudut pameran berjudul "Aku Melihat Indonesia."

Aku Melihat Indonesia

Bagaimana? Sudah cukup penasaran dan tak sabar menyambangi Galeri Nasional dan melihat Pameran "Senandung Ibu Pertiwi?" Ayo segera ke Galeri Nasional di Jalan Medan Merdeka Timur No.14, Jakarta Pusat 10110.

Nikmati Racikan Kopi Terbaik dan Suguhan Budaya Batak di Goesar Coffee

Pagi itu, aku beranjak dari Tebet ke daerah Kalimalang. Aku penasaran sama tempat ngopi yang mau dilaunching di area Transmart Kalimalang. Pertama kali mendengar nama coffee shop-nya aku agak tergelitik ya, "Goesar Coffee." Goesar (gusar) macam kata bahasa indonesia yang mengesankan tidak tenang. Tapi ternyata, Goesar Coffee memiliki makna tersendiri. Kata Goesar diambil dari nama keluarga pemilik coffee shop ini, yang merupakan bahasa batak tua, yang dimaknai sebagai kesempurnaan. Pemaknaan tempatnya saja sudah mendalam ya, semoga racikan kopinya juga akan menyempurnakan mood mu, para penyeruput dan pecinta kopi.

Goesar Coffee ini menyajikan biji kopi terbaik kelas satu buat kamu. Semua biji kopinya disediakan oleh Goesar Coffee Roastery. Biji kopi yang dimiliki Goesar Coffee Roastery adalah biji kopi terbaik yang seringkali unjuk gigi dalam pameran kopi mancanegara. Setelah biji kopinya banyak diburu dan dinikmati para penikmat kopi mancanegara, Goesar Groups mencoba menyuguhkan dan membagikan secara langsung kualitas kopi terbaik kepada para konsumen lokal melalui "Goesar Coffee" yang diluncurkan 2 Agustus lalu.

Bapak Christman Desanto Goesar Meresmikan Pembukaan Goesar Coffee

Di sini, kamu bisa menikmati 6 varian specialty coffee of Indonesia yaitu kopi lintong, kopi mandheling, kopi gayo, kopi toraja, kopi flores manggarai, dan kopi java. Dari 6 varian kopi itu, aku paling suka kopi gayo dengan rasa asam yang pas di lidah. Kalau kamu, lebih suka varian kopi yang mana?

Biji kopi terbaik pun akan diracik oleh para barista terbaik Goesar Coffee. Kita bisa menikmati secangkir kopi dengan alunan musik akustik dan desain interior yang unik dan kental dengan budaya batak. Suguhan cita rasa dan ayaknya jargon "Luxurious of Taste and Love" yang diusung Goesar Coffee.

Para barista Goesar Coffee siap meracik kopi terbaik buat kamu ~
Exclusive Key Chain dari Goesar Coffee
Tadi sudah kuceritakan ya, kalau nuansa Goesar Coffee ini kental dengan aksen batak. Kopi unggulan di usung Goesar Coffee Kalimalang adalah kopi lintong dan suasana coffee shop ini dipercantik dengan desain ornamen-ornamen batak seperti lesung opung, kepala singa jabu bolon dan ukiran-ukiran gorga dengan warna merah-hitam-putih nya yang khas.

Ukiran Gorga, sentuhan budaya batak yang mempercantik design interior Goesar Coffee

Berkunjung ke Goesar Coffee tak melulu soal kopinya, tapi juga dengan kekentalan budayanya. Di sini, selain bisa menikmati suguhan kopi terbaik, kita juga turut mengapresiasi budaya tradisi yang kita miliki. Jadi kapan kamu kesini?

Tips Mengatasi Anyang-Anyangan Saat Traveling

Kamu pernah ga ngalamin pas lagi seru-seruan jalan-jalan tapi terganggu karena terkena anyang-anyangan? Misalnya saja selama lagi perjalanan, entah di bus, kereta, pesawat, tapi kita pengen buang air kecil terus dan merasa kesakitan juga. Pasti tersiksa dan ga nyaman kan, apalagi saat kita di dalam kendaraan yang tidak tersedia toilet.

Perlu banget kan kita mengantisipasi masalah kesehatan kita selama perjalanan. Kita harus prepare sebaik mungkin sama kondisi kesehatan kita, mulai dari nyiapin fisik dan segala obat-obatan yang sekiranya dibutuhkan selama perjalanan. Kalau masalahnya adalah anyang-anyangan, uricran sachet bisa jadi salah satu opsi obat terbaik yang bisa kita bawa. Selain karena praktis, mudah untuk dibawa dan diminum di mana pun, uricran ini dibuat dengan ekstrak buah cranberry.


Uricran kemasan sachet

Kenapa sih pilih uricran?

Setelah mempelajari banyak informasi mengenai anyang-anyangan dan riset-riset yang dilakukan untuk menemukan obat anyang-anyangan serta infeksi saluran kemih, aku menemukan informasi mengenai izin penggunaan jus buah cranberry sebagai antibakteri untuk kesehatan saluran kencing yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengawas Obat dan Makanan Prancis, AFSSA, pada bulan April 2004.

Jus Cranberry telah dibuktikan secara klinis kalau dapat menghambat infeksi bakteri pada saluran kencing yang menjadi penyebab anyang-anyangan dan infeksi saluran kemih. Buah cranberry ini mengandung vitamin C yang cukup tinggi, kaya serat makanan, mineral, flavonoid antosianidin, sianidin, peonidin, quercetin, senyawa fitokimia, dan kandungan-kandungan ini mampu mencegah bakteri E.Coli menempel pada dinding saluran kemih. (sumber informasi)

Buah Cranberry

Itulah, alasanku kenapa memilih dan mengonsumsi uricran. Selain, karena dibuat dari ekstrak buah cranberry yang telah teruji secara klinis, tentu juga karena kemudahan membawa dan mengonsumsinya di mana pun kita berada, terlebih lagi pas kita lagi traveling.

Uricran ini diproduksi oleh Combhipar, produsen obat-obatan yang telah lama dikenal di Indonesia. Kita bisa membeli produk uricran ini di Guardian, Century, Watson, Kimia Farma, Viva Generik dan apotek-apotek terdekat.


Masih kepo dengan uricran dan manfaat ekstrak buah cranberry untuk mengatasi
anyang-anyangan dan infeksi saluran kemih? Tonton video ini yuk



Selamat mempersiapkan agenda traveling mu ya! Dan jangan lupa jaga kesehatan biar jalan-jalannya lebih asik tanpa gangguan kesehatan. Siapin uricran juga di tas, P3K wajib buat mengantisipasi anyang-anyangan dan infeksi saluran kemih kan :)

Techno Culture Tour: Usaha Sains-Tekno-Budaya

Traveling layaknya menjadi gaya hidup kekinian ya khusunya untuk para kaum urban. Mengunjungi tempat-tempat wisata di berbagai daerah mulai dari wisata dalam negeri hingga ke luar negeri. Seiring dengan tren traveling pun sudah mulai berkembang beberapa konsep traveling, seperti eco-tourism,wisata maritim, wisata cagar alam, wisata konvensi, agro wisata, wisata buru, wisata ziarah,   wisata budaya,  hingga inisiasi baru techno culture tour dari komunitas Sobat Budaya.

Techno culture tour merupakan peluang usaha wisata baru yang dikembangkan oleh Sobat Budaya. Pada dasarnya paket wisata ini menggabungkan, sains modern, teknologi dan pengetahuan budaya. Mengawali usaha tersebut, techno culture tour perdana diselenggarakan pada tanggal 17 April 2017 di Situs Megalitikum Gunung Padang.

Situs Gunung Padang yang berlokasi di Cianjur, Jawa Barat ini dikenal sebagai kawasan Megalitikum tertua di Asia Tenggara. Tumpukan batu yang berundak dan menghampar ini menjadi objek wisata kekinian setelah dibuka jalur masuknya pada tahun 2014. Penduduk sekitar, sesungguhnya sudah mengetahui keberadaan tumpukan batu ini. Namun, mereka mengeramatkannya dan menganggapnya sebagai lokasi Prabu Siliwangi, penguasa turun-temurun Kerajaan Pajajaran yang berusaha membangun istana dalam semalam di kawasan ini.

Namun, data dan informasi dari hasil riset yang dilakukan Sobat Budaya bersama-sama Bandung Fe Instite mengungkap fakta lain yang menarik! Kawasan Megalitik yang dikeramatkan ini menyimpan pengetahuan dan sains yang selama ini tersembunyi. Salah satunya adalah Batu Gamelan yang merupakan sumber bunyi pentatonik f-g-d-a di Gunung Padang.

Batu Gamelan
Kang Nanang (Guide Lokal), Bang Hokky (Peneliti dan Guide Techno Culture Tour) bersama para peseta

Batu Gnomon, Jam Matahari di Situs Megalitikum Gunung Padang

Selain, gugusan batu gamelan, ada pula gugusan batu, disebut gnomon, yang menjadi jam matahari di kawasan megalitikum ini. Nenek moyang kita, pada masa itu, mengukur waktu dan pergantian musim dengan  mengamati pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang yang ditopang dengan pemahaman tentang arah mata angin dan kutub bumi. Pengukuran ini bisa diperoleh pula dengan pengamatan detail atas rasi bintang.

Mike Addock, Peneliti Litofonik Inggris, Peserta Techno Culture Tour

Bersama Yayasan Perceka Art Center

Simulasi Arkeo Astronomi Situs Megalitikum Gunung Padang

Kelima undakan punden berundak Gunung Padang uniknya tidak berada pada garis lurus yang berorientasi arah sama. Undak pertama berorientasi pada Gunung Gede (335 UT). Undak kedua situs Gunung Padang, secara unik berorientasi agak berbeda (015 UT) dengan undakan pertama. Memperhatikan orientasi posisinya, susunan bebatuan itu seolah menghadap ke arah langit utara yang terbuka. Seolah-olah ada upaya kesengajaan menyusun bebatuan tersebut menjadi semacam “jendela” observasi terbitnya banyak gugus bintang yang biasanya digunakan sebagai penunjuk arah Utara. 



Techno culture tour ini sesungguhnya bukan hanya tentang usaha pariwisata tetapi juga sebagai upaya dan gerakan edukasi bahwa terdapat pengetahuan dan sains modern yang terkodekan di balik kekayaan dan keberagaman budaya tradisi di Nusantara.

Uraian singkat mengenai sains di balik objek-objek di Situs Megalitikum Gunung Padang sudah menunjukan bahwa ada pengetahuan dan sains modern yang terkodekan di balik batuan megalit ini. Situs ini menjadi percontohan dari konsep techno culture tour. Selain, situs ini, Sobat Budaya juga bisa membawamu menjelajahi pengetahuan sains modern di balik tempat-tempat wisata budaya di Indonesia, antara lain Danau Toba, Candi Borobudur, Pusat Kerajinan Batik di Solo dan Yogyakarta, dan objek-objek budaya yang lain yang bisa kamu baca terlebih dahulu dalam buku Kode-Kode Nusantara. Ayo menjelajahi sains-tekno-budaya Nusantara!

---
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandiri.org

Jalan-jalan ke Tanah Minang!


Siapa suka makan rendang? Atau aneka masakan padang? Buat ku makanan padang jadi salah satu menu favorit nih. Dan beberapa minggu lalu, aku baru saja menyambangi Kota Padang untuk pertama kalinya. Lagi-lagi harus bisa mandiri kan selama traveling ke tempat-tempat baru dan belum punya teman lama di kota yang akan dikunjungi.

Aku datang ke Padang, 6-9 Mei lalu bersama temanku dari Jakarta, Sonia. Kami berdua, sebetulnya belum punya teman lama di kota ini. Kenalan kami di sini adalah teman-teman komunitas yang sebelumnya hanya berbincang via telepon dan whatsapp saja! Hahaa :D

Selain dikenal sebagai kota asal kuliner rendang, kira-kira ada tempat wisata apa saja ya di sana? Let's check it out!

Destinasi pertama yang kusambangi adalah Pantai Padang! Pantai ini berada di pusat kota, bahkan aku bisa melihat horizon lautnya dari hotel tempatku menginap! Pantai Padang juga populer dengan nama Taplau (singkatan tapi lauik, bahasa Minang, yang artinya tepi laut). Pantai ini tergolong panjang, membentang dari daerah Purus hingga muara Batang Arau. Di Pantai Padang ini juga terdapat taman IORA (Indian Ocean Rim Association). Sebuah taman yang dibangun tahun 2015 silam dan akhirnya menjadi salah satu ikon wisata di Kota Padang.



Pantai Padang


Taman IORA
Sumber Foto: Tripadvisor

Destinasi kedua, Museum Adityawarman. Museum ini adalah museum budaya Provinsi Sumatera Barat yang bisa kita jumpai di Kota Padang. Nama Adityawarman sendiri diambil dari nama Raja Malayapura di abad 14. Dan, museum ini juga mendapat julukan sebagai Taman Mini ala Sumatera Barat loh. Di sini kita menemukan beragam objek budaya khas Minang, mulai dari kain, perhiasan, peralatan pernikahan, prasasti, alat musik, alat tenun dan miniatur beragam jenis rumah gadang. Di museum ini kita juga bisa menyewa baju-baju adat Sumatera Barat loh untuk properti foto :)


Museum Adityawarman


Alat Tenun Sumatera Barat

Kebetulan sekali kan aku bawa kain tenun (tapi kain tenun Jepara), yaudah sekalian foto kain tenun bersama alat tenunnya :p.

Destinasi ketiga, Jembatan Siti Nurbaya. Siapa yang tak tahu legenda Siti Nurbaya? Legenda perjodohon yang kerap kali diceritakan saat anak-anak generasi 90-an duduk di bangku SMP dan SMA. Jembatan Siti Nurbaya ini juga merupakan salah satu ikon wisata Kota Padang loh. Jembatan besar sepanjang 600 meter ini membentang dari Jalan Nipah sampai jalan Batang Arau yang juga menghubungkan kota tua Padang dengan Taman Siti Nurbaya, tempat di mana Siti Nurbaya dimakamkan.


Sungai di Bawah Jembatan Siti Nurbaya

Jembatan Siti Nurbaya

Destinasi terakhir, Menara Jam Gadang. Jam Gadang adalah menara jam yang berada di kota Bukittinggi Sumatera Barat. Menara ini memiliki jam dengan ukuran yang besar di keempat sisinya. Inilah alasan mengapa menara ini dinamai Menara Jam Gadang. kosakata dari bahasa Minangkabau, yang artinya jam besar. Banyak orang bilang, belum sah jalan-jalan ke Sumatera Barat kalau belum ke Jam Gadang, untungnya aku sempat mampir kesini ya :D



Jam Gadang, Bukit Tinggi
Setelah menyempatkan diri ke Jam Gadang, usai sudah jalan-jalanku di tanah Minang ini dan harus kembali ke Jakarta. Sampai jumpa lagi kota Padang!

---
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandiri.org.

Menyusuri Sungai Sei Gohong, Desa Wisata Budaya Palangkaraya


Bulan April lalu aku menjajakan kaki di tanah Palangkaraya. Tanah yang konon akan menjadi tempat pengganti Jakarta sebagai ibu kota. Palangkaraya, yang berada di Pulau Kalimantan ini tentunya erat dengan masyarakat dayak dan kebudayaannya ya.

Jalan-jalan singkat (cuma dua hari) di Palangkaraya menuntutku untuk jadi traveler yang mandiri ya dan ga boleh manja. Harus bisa mengatur waktu di sela-sela tugas untuk berkeliling dan meng-explore kota ini. Di sini, aku menyambangi beberapa tempat. Namun, destinasi yang paling menarik perhatianku adalah Desa Wisata Sei Gohong. Sebuah desa wisata dan budaya yang terletak di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Sore itu, 20 April, aku bersama dengan Mba Nur dan adik-adik dari Bina Cita Utama School ke Dermaga Sei Gohong untuk menyusuri sungai besar ini dan melihat penangkaran orang utan yang tinggal di hutan-hutan di kanan-kiri sungai. Meskipun kami kesana sudah terlalu sore, beruntung sekali kami bisa melihat satu orang utan yang menampakan dirinya di pinggir sungai. Jadi ga rugi ya aku sekali kesana dan bisa melihat langsung orang utan yang dilindungi dan dijaga. Dan, ini adalah kali pertama aku lihat orang utan secara langsung :D

Pemandangan di Dermaga Sei Gohong

Dermaga Sei Gohong

Bersama Mba Nur dan adik-adik BCU School

Orang Utan

Semburat Senja di Sungai Sei Gohong

Sore itu, perjalanan kami ditutup dengan semburat senja yang kami lihat dari atas perahu. Terus ada apa lagi ya di Desa Wisata Sei Gohong? Di dekat dermaga ini, ada juga bale untuk pertemuan dan sandung, tempat penyimpanan tulang masyarakat dayak yang telah melalui upacara tiwah. Penasaran? Read more :p

Sandung

Penjaga Sandung

Patung Penjaga Sandung Membawa Tombak

Suku Dayak adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan. Di Kalimantan Tengah, kita akan banyak menemui Suku Dayak Ngaju. Banyak dari mereka masih menganut kepercayaan Kaharingan. Dalam kepercayaan ini ritual kematian adalah bagian paling tinggi dalam tatanan budaya dayak. Karena, kematian dianggap sebagai awal dari perjalanan panjang menuju sebayan (alam setelah kehidupan).

Untuk memberikan bekal bagi arwah yang telah meninggal, jasad suku dayak ngaju akan diupacarai tiwah dan tulang belulangnya akan disimpan di dalam sandung. Sandung ini terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Keluarga yang hendak melaksanakan upacara tiwah dan membangun sandung, membutuhkan biaya yang sangat besar, karena kebutuhan syarat upacara yang mahal dan upacara ini diselenggarakan selama seminggu penuh.

Wah, Nusantara ini memang punya keunikan ya di setiap jengkal tanahnya, mulai dari suku, budaya dan wisatanya. Jadi setelah ini, akan explore kemana lagi?

---
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandiri.org.