Ungkapan Kasih Sayang Nenek Moyang Orang Indonesia

Hari Valentine atau disebut juga hari kasih sayang yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya.

Awalnya, hari Valentine adalah Perayaan Lupercalian pada tanggal 13-15 Februari yang dimaknai sebagai ritus pemurnian dan kesuburan. Hingga pada tahun 496 M, Paus Gelasius I melarang Lupercalia dan menyatakan 14 Februari sebagai hari Santo Valentine. Hari inilah yang marak dirayakan setiap tahun oleh muda-mudi di seluruh penjuru dunia, termasuk juga Indonesia.

Bangsa barat menyatakan dan merayakan rasa cinta kasih dan sayangnya dengan kartu ucapan valentine, mawar merah, coklat dan simbol cupid.

Lalu bagaimana dengan pengungkapan rasa cinta kasih dan sayang dalam tradisi nenek moyang orang Indonesia?

Nenek moyang kita menyatakan rasa cinta kasih dan sayangnya dengan cara yang amat elegan, penyampaian ungkapan hati dalam motif penuh makna yang tertuang dalam sehelai kain, batik!

Terdapat ribuan motif batik yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dengan beragam motif dan warnanya. Masing-masing motif batik memiliki makna, filosofi dan cara penggunaannya tersendiri.

Ribuan motif ini telah diteliti oleh Hokky Situngkir dan menjadi sebuah master piece “Pohon Filomemetika Batik” sehingga kita bisa melihat keindahan batik nusantara dalam sebuah pohon kekerabatan batik.

Lalu, motif batik apa yang mengungkapkan rasa cinta kasih dan sayang nenek moyang orang Indonesia?

Dari ribuan motif yang ada di seluruh pelosok Indonesia, ada lima motif batik yang menarik dan memunculkan sisi romantisme nenek moyang kita.

Batik Truntum

Motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III dari Surakarta Hadiningrat). Motif truntum ini memiliki makna cinta yang tumbuh kembali. Motif ini dibuat sebagai simbol cinta kasih yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum).
Motif truntum juga merupakan simbol dari cinta yang tumbuh kembali.
Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Terkadang, motif truntum ini juga dimaknai bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan yang baru.

Batik Sido Luhur

Motif batik Sido luhur berasal dari Keraton Yogyakarta. Kata sido memiliki arti menjadi/jadi/terlaksana. Motif batik yang berawalan sido mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa terlaksana. Motif batik sido luhur memiliki makna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi dan bisa menjadi contoh atau panutan masyarakat.
Motif batik sido luhur dibuat oleh Ki Ageng Henis, kakek dari Panembahan Senopati yang merupakan pendiri kerajaan Mataram Jawa. Konon, motif batik ini dibuat khusus oleh Ki Ageng Henis untuk diberikan kepada anak dan keturunannya agar memiliki hati serta pikiran yang luhur sehingga berguna bagi negara dan masyarakat.
Mitosnya, pembuatan motif batik ini diawali dengan menahan nafas cukup lama. Filosofi makna di balik motif batik Sido luhur ini juga berarti berhasil mengembangkan, menyempurnakan diri menjadi manusia yang berbudi luhur yang senantiasa berdoa, mengingat dan bersyukur kepadaNya.
Motif ini adalah motif yang dikenakan oleh pengantin saat pernikahan.

Batik Sido Asih

Batik sido asih berasal dari bahasa jawa, yakni “sido” yang berarti terus menerus/jadi/keberlanjutan dan “asih” yang mempunyai arti kasih sayang. Batik sido asih ini diartikan sebagai pelambang suatu kehidupan manusia yang penuh cinta kasih dan sayang, menentramkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.
Di dalam adat Jawa, batik sido asih sering dipakai pada acara pernikahan, kain bermotif sido asih digunakan sebagai busana malam pengantin. Dengan menggunakan motif batik sido asih, maka kedua pengantin memiliki harapan untuk mampu menjalani kehidupan barunya dengan lebih harmonis serta semakin romantis penuh cinta kasih.

 

Batik Sido Mukti

Motif batik sido mukti seringkali digunakan untuk busana pengantin dalam upacara pernikahan. Unsur motif batik sido mukti mengandung motif gurda. Harapan dari batik sido mukti ini adalah untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Batik Lasem

Batik lasem mampu menghadirkan romantisme relasi, layaknya sekuntuk mawar merah. Keindahan paduan warna dan motifnya mampu menyejukan hati berbinar asmara.
Tidak seperti bunga yang cepat layu, batik lasem lebih mempresentasikan loyalitas cinta kasih, karena sifat keabadiannya yang sarat dengan nilai-nilai filosofis, spiritualisme, art dan material. Batik lasem ini cocok untuk mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan cinta.

Mana pilihan batikmu untuk ungkapkan rasa cinta, kasih, sayang dan merayakan keceriaan valentine?

No comments

your comment awaiting moderation