Terbang dengan Aviastar dan Nikmati Pesona Wisata Alam Aceh yang Kekinian

Satu provinsi di sisi Barat Indonesia bernama Aceh pernah mengalami bencana alam terburuk berupa Tsunami pada tahun 2004 yang lalu. Begitu besarnya bencana ini menelan korban jiwa dan menghancurkan wilayah pesisir barat Aceh. Namun, Aceh berbenah sejak tragedi tersebut, dan berupaya membangun kembali kota serta mengembangkan tempat-tempat wisata menarik. Berbagai maskapai penerbangan pun diajak untuk membuka penerbangan ke Aceh.

Paling baru, maskapai penerbangan Aviastar baru saja membuka akses penerbangan dari Jakarta menuju Aceh melalui bandara di Lhokseumawe. Namun jika ingin berkunjung ke Aceh langsung ke pusat kota Banda Aceh, terdapat banyak penerbangan yang bisa dipilih. Selain Aviastar, beberapa penerbangan dari maskapai seperti Garuda, Citilink dan Lion Air membuka rute penerbangan langsung dari Jakarta menuju Aceh dengan status penerbangan transit di kota Medan.
Lalu, apa istimewanya wisata di Provinsi yang bernama lengkap Nangroe Aceh Darussalam ini? Tidak hanya pantainya saja yang sangat dekat berbatasan dengan samudera Hindia saja.  Selain pantai inilah beberapa tempat wisata menarik lainnya yang bisa dikunjungi di Aceh. Berikut beberapa diantaranya.

1. Lhok Seudu
sumber:@nabilaorchid

Lhok Seudu yang berada di Kabupaten Aceh Besar ini berjarak sekitar 30 Km dari Kota Banda Aceh. Cukup jauh dari kota Banda Aceh, namun petualangan sesungguhnya bisa didapatkan wisatawan ketika sudah sampai Lhok Seudu.

Salah satu yang menarik perhatian adalah kehadiran kantin Ujong Glee yang berada di atas gunung. Jadi, ketika wisatawan datang maka akan melihat pemandangan lansekap yang luar biasa dan sebuah pantai yang lengkap dengan dermaganya. Dermaga yang disediakan di pantai ini memang dibuat sebagai tempat nongkrong wisatawan yang datang ke Lhok Seudu, sembari menikmati senja dari arah Barat.

2. Jelajah sungai Mon Ceunong
sumber:steemit.com - @kakilasak

Tempat wisata berikutnya yang bisa dikunjungi saat kamu jalan-jalan ke Aceh adalah Mon Ceunong yang berada di Kecamatan Indrapuri Aceh Besar. Wisatawan yang ingin melihat langsung tempat wisata ini harus melewati beberapa anak sungai tanjakan serta batu besar yang akan membuat perjalanan menjadi lebih menantang.

Hal menarik dari tempat wisata Mon Ceunong, adalah air segarnya yang berasal dari pegunungan berwarna hijau Tosca. Warga sekitar juga sering menjadikan sungai sebagai sumber air bersih.
Karena letaknya yang sangat jauh dari pusat kota, maka Mon Ceunong masih relatif sepi dikunjungi wisatawan. Namun, bagi wisatawan yang memang ingin mendapatkan pemandangan alam luar biasa sekaligus menantang maka Mon Ceunong adalah tempat yang tepat.

3. Bukit Gundul Semeuregui
sumber:acehnews.net

Terakhir, tempat wisata yang bisa dijadikan pilihan berikut adalah sebuah bukit yang terletak di Desan Jalin, Kabupaten Aceh Besar. Di salah satu sisi desa ini terdapat sebuah perbukitan gundul yang memiliki jalur penguji adrenalin. Jalan di sekitarnya cukup rusak, namun tetap saja menguji nyali dan memberikan kesan yang menantang.

Di sekitar bukit terdapat air sungai yang mengalir. Untuk menyeberang wisatawan harus menggunakan sebuah jembatan kayu. Setelah itu wisatawan bisa langsung menuju bukit Gundul Semeuregui.

Meskipun menantang dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai bukit, namun begitu sampai di bagian puncaknya, wisatawan akan melihat sendiri pesona wisata yang ditawarkan oleh bukit Gundul Semeuregui. Hamparan aliran sungai yang berkelok-kelok terlihat dari puncak bukit. Selain itu hamparan sawah yang hijau dan menyegerkan mata.


Belum puas dengan keelokan wisata-wisata di Aceh? Masih terdapat banyak tempat wisata alam kekinian lain yang menguji adrenalin kita sebagai wisatawan. Tunggu apalagi, pesan tiket penerbangan bersama Aviastar dan nikmati sensasi alam di Aceh.

Mendata Budaya untuk Ilmu Pengetahuan

Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata budaya? Pada awalnya aku terbayang dengan kelompok penari yang membawakan tarian dengan lemah gemulai di sanggar atau pun di pendopo, kisah-kisah masa lampau yang diceritakan melalui wayang oleh dalang pada saat pementasan, atau pun adat pernikahan masing-masing suku bangsa di Indonesia.

Tapi, setelah bergabung dengan sebuah komunitas yang melakukan pendataan budaya, pandanganku tentang budaya kian berubah dan berkembang. Budaya tidak terbatas dalam lingkup yang sangat kecil seperti tarian, pertunjukan dan tradisi pernikahan. Lebih luas lagi, segala bentuk kemampuan untuk beradaptasi terhadap terhadap ekosistem dan lingkungan sosial adalah bagian dari budaya. Mulai dari produk arsitektur, kalender tradisional, sistem perairan dan pertanian, alat musik, cerita rakyat, kuliner, motif kain, lagu, naskah kuno dan prasasti, ornamen, pakaian tradisional, permainan tradisional, ritual, seni pertunjukan, senjata dan alat perang, tata cara pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, serta masih banyak lagi ragam kebudayaan yang ada di setiap jengkal Nusantara.

Jadi mengapa kita perlu mendata budaya?

Berawal dari ikut mendata budaya bersama Sobat Budaya, aku menjadi tahu betapa banyak dan beragamnya budaya tradisi nusantara, dengan jumlah budaya yang telah terdata lebih dari 40.000 di budaya-indonesia.org. Dengan jumlah 16.056 pulau, 1.340 suku bangsa, 1.211 bahasa daerah bukanlah hal yang mustahil kalau kekayaan budaya kita mencapai satu juta data.

Dari data budaya tersebut lah lahirlah temuan-temuan ilmu pengetahuan yang membanggakan dan mendorong sense of belonging atas kekayaan budaya yang kita miliki.

Belajar bersama Sobat Budaya dan Bandung Fe Institute, aku mendapatkan pencerahan tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang banyak tersembunyi dan terkodekan di balik kebudayaan kita. Misalnya saja, ditemukanlah perhitungan matematika di balik pola-pola motif batik, namanya geometri fraktal. Ada juga perhitungan matematika dalam suluran ukiran gorga Sumatera Utara, namanya sistem-L atau geometri kura-kura. Pernahkah kita memikirkan dan membayangkan, bagaimana nenek moyang kita membangun Candi Borobudur? Di mana pada masa itu belum ada jasa kontraktur yang bisa membangun bangunan semegah dan sebesar Candi Borobudur? Dengan metode selular otomata, upaya membedah cara pembangunan arsitektur yang begitu kompleks ini, ditemukan pula dimensi fraktal yang menjadi perhitungan pembangunan candi ini.

Ilmu Pengetahuan di Balik Candi Borobudur dan Gorga Batak


Pohon Kekerabatan Arsitektur Nusantara dan Sistem Investasi Masyarakat Tradisional

Coba kita luangkan waktu sejenak berwisata ke Situs Megalitikum Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat. Saat melihatnya pertama kali, yang kita lihat seakan-akan hanyalah tumpukan dan bongkahan batu yang berceceran di atas perbukitan. Tapi, tidak sesederhana itu kondisi Situs Megalitikum Gunung Padang. Di balik bongkahan batu-batu tersebut, tertinggal jejak-jejak teknologi arkeo-astronomi untuk melihat bintang utara, gnomon untuk pertanda waktu, dan ada pula batu gamelan yang menghasilkan sumber suara dengan tangga nada f-g-d-a. 

Dengan kumpulan data dan informasi pun akhirnya kita bisa membaca kekerabatan masyarakat nusantara melalui pola motif kainnya,  produk arsitekturnya, lagunya dan kulinernya. Hal ini semakin menguatkan persatuan nusantara. Slogan "Bhinneka Tunggal Ika" tidak lagi hanya sebagai simbol belaka, namun bisa dibuktikan secara sains.

Peta Kekerabatan Motif Kain Nusantara

Peta Kekerabatan Lagu Nusantara

Peta Kekerabatan Kuliner Nusantara

Dari pendataan dan penelitian, budaya tidak lagi menjadi sebuah objek yang sederhana belaka, tapi kompleks dengan segala macam ilmu pengetahuan yang tersembunyi. Banyak juga temuan tentang sistem investasi tradisional masyarakat-masyarakat zaman dulu, seperti gantangan di Jawa Barat dan nyumbang di Jawa Tengah. Ragam pohon kehidupan seperti kayon, wayang, batang garing, gorga, pohon hariara dan pohon kalpataru menyimpan narasi mitologis yang sesungguhnya mengajarkan filosofi kehidupan. Narasi-narasi semacam ini tentu banyak kita dengarkan melalui tuturan orang-orang tua. Saratnya ilmu pengetahuan di balik kebudayaan tersebut, kini menjelma menjadi #KodeNusantara, yang bisa dibaca dan dipelajari dalam sebuah buku "Kode-Kode Nusantara: Telaah Sains Mutakhir atas Jejak-jejak Tradisi di Kepulauan Indonesia."



Riset-riset peneliti belia yang dilakukan oleh murid-murid SMP dan SMA pun menunjukan hubungan kalender Bali dengan terjadinya bencana, kejahatan, dan sistem tanam yang dianalisis secara ilmiah, tata aturan "warugan lemah" di Sungai Cikapundung Bandung, juga mempengaruhi sistem perairan sepanjang sungai tersebut. 
Ilmu pengetahuan inilah yang menjadi alasan penting mengapa kita perlu mendata budaya.
Dengan ilmu pengetahuan yang dikumpulkan dan digali dari kebudayaan tradisi nusantara kita bisa mencegah ancaman kepunahan, menangkal klaim budaya, dan sumber inspirasi untuk inovasi. Yang paling penting dan mendasar adalah mendata budaya untuk ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itulah, pencegahan kepunahan, penangkalan klaim, pengembangan inovasi bisa dilakukan. Dengan penggalian ilmu pengetahuan di balik budaya tradisi maka kita bisa membuka kembali peradaban di Nusantara yang telah lama terkubur dalam ingatan sejarah dan ilmu pengetahuan.

Pentingnya mendata demi ilmu pengetahuan ini semoga bisa menjadi pendorong bagi kita semua untuk ikut bergotong royong mengumpulkan informasi seputar kebudayaan kita dan mendigitalisasikannya ke Perpustakaan Digital Budaya Indonesia di situs budaya-indonesia.org.

Anggota Sobat Budaya melakukan pendataan budaya ke budaya-indonesia.org