Showing posts sorted by relevance for query culture. Sort by date Show all posts

Techno Culture Tour: Usaha Sains-Tekno-Budaya

Traveling layaknya menjadi gaya hidup kekinian ya khusunya untuk para kaum urban. Mengunjungi tempat-tempat wisata di berbagai daerah mulai dari wisata dalam negeri hingga ke luar negeri. Seiring dengan tren traveling pun sudah mulai berkembang beberapa konsep traveling, seperti eco-tourism,wisata maritim, wisata cagar alam, wisata konvensi, agro wisata, wisata buru, wisata ziarah,   wisata budaya,  hingga inisiasi baru techno culture tour dari komunitas Sobat Budaya.

Techno culture tour merupakan peluang usaha wisata baru yang dikembangkan oleh Sobat Budaya. Pada dasarnya paket wisata ini menggabungkan, sains modern, teknologi dan pengetahuan budaya. Mengawali usaha tersebut, techno culture tour perdana diselenggarakan pada tanggal 17 April 2017 di Situs Megalitikum Gunung Padang.

Situs Gunung Padang yang berlokasi di Cianjur, Jawa Barat ini dikenal sebagai kawasan Megalitikum tertua di Asia Tenggara. Tumpukan batu yang berundak dan menghampar ini menjadi objek wisata kekinian setelah dibuka jalur masuknya pada tahun 2014. Penduduk sekitar, sesungguhnya sudah mengetahui keberadaan tumpukan batu ini. Namun, mereka mengeramatkannya dan menganggapnya sebagai lokasi Prabu Siliwangi, penguasa turun-temurun Kerajaan Pajajaran yang berusaha membangun istana dalam semalam di kawasan ini.

Namun, data dan informasi dari hasil riset yang dilakukan Sobat Budaya bersama-sama Bandung Fe Instite mengungkap fakta lain yang menarik! Kawasan Megalitik yang dikeramatkan ini menyimpan pengetahuan dan sains yang selama ini tersembunyi. Salah satunya adalah Batu Gamelan yang merupakan sumber bunyi pentatonik f-g-d-a di Gunung Padang.

Batu Gamelan
Kang Nanang (Guide Lokal), Bang Hokky (Peneliti dan Guide Techno Culture Tour) bersama para peseta

Batu Gnomon, Jam Matahari di Situs Megalitikum Gunung Padang

Selain, gugusan batu gamelan, ada pula gugusan batu, disebut gnomon, yang menjadi jam matahari di kawasan megalitikum ini. Nenek moyang kita, pada masa itu, mengukur waktu dan pergantian musim dengan  mengamati pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang yang ditopang dengan pemahaman tentang arah mata angin dan kutub bumi. Pengukuran ini bisa diperoleh pula dengan pengamatan detail atas rasi bintang.

Mike Addock, Peneliti Litofonik Inggris, Peserta Techno Culture Tour

Bersama Yayasan Perceka Art Center

Simulasi Arkeo Astronomi Situs Megalitikum Gunung Padang

Kelima undakan punden berundak Gunung Padang uniknya tidak berada pada garis lurus yang berorientasi arah sama. Undak pertama berorientasi pada Gunung Gede (335 UT). Undak kedua situs Gunung Padang, secara unik berorientasi agak berbeda (015 UT) dengan undakan pertama. Memperhatikan orientasi posisinya, susunan bebatuan itu seolah menghadap ke arah langit utara yang terbuka. Seolah-olah ada upaya kesengajaan menyusun bebatuan tersebut menjadi semacam “jendela” observasi terbitnya banyak gugus bintang yang biasanya digunakan sebagai penunjuk arah Utara. 



Techno culture tour ini sesungguhnya bukan hanya tentang usaha pariwisata tetapi juga sebagai upaya dan gerakan edukasi bahwa terdapat pengetahuan dan sains modern yang terkodekan di balik kekayaan dan keberagaman budaya tradisi di Nusantara.

Uraian singkat mengenai sains di balik objek-objek di Situs Megalitikum Gunung Padang sudah menunjukan bahwa ada pengetahuan dan sains modern yang terkodekan di balik batuan megalit ini. Situs ini menjadi percontohan dari konsep techno culture tour. Selain, situs ini, Sobat Budaya juga bisa membawamu menjelajahi pengetahuan sains modern di balik tempat-tempat wisata budaya di Indonesia, antara lain Danau Toba, Candi Borobudur, Pusat Kerajinan Batik di Solo dan Yogyakarta, dan objek-objek budaya yang lain yang bisa kamu baca terlebih dahulu dalam buku Kode-Kode Nusantara. Ayo menjelajahi sains-tekno-budaya Nusantara!

---
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandiri.org

Serunya Jalan-Jalan Sambil Ngulik Budaya Indonesia :)

Jalan-jalan! Siapa yang ga suka coba, kalau aku suka banget pastinya!
Tahun lalu, aku udah beberapa kali ikutan ngetrip sama Culture Trip ID! Lucu yah, kok Culture Trip sih?
Jadi, kalau jalan sama Culture Trip ID selain kita memanjakan diri melihat pemandangan alam yang asik, kita juga diajakin ngulik-ngulik berbagai budaya di daerah yang kita kunjungi.

Pas ke Bogor tahun lalu, diajakin muter-muter kota Bogor dan belajar gimana caranya pembuatan tahu, wayang golek, mainin alat musik gamelan, makan-makan di Taman Kencana dan ke pemandian air panas di kaki gunung kapur! Seru yang pasti! Ini beberapa keseruan trip to Buitenzorg with Culture Trip ID tahun lalu guys:


Mejeng dulu di Tourism Information Center Kota Bogor ~



Nah ini keseruan membuat dan mewarnai wayang golekmu sendiri!


Tapi seharian jalan-jalan di Bogor pasti kurang banget yaaa bisa explore Bogor, makanya pengen mengulik objek-objek yang lain lah ~

Nah, kebetulan Culture Trip ID to Bogor is come back this year!

DAAANNNNNNN YANG PENTING ADA SAYEMBARA BUAT DAPETIN TRIP GRATIS!!!

Buat yang mau ikutan trip nya atau mau ikutan sayembara nya add aja official line@ nya di @fen0158a. Dan follow Twitter sama Instagram nya biar tahu info terupdate :))

Ini buat preview aja sih, kalau udah add official line@ nya akan bisa ikut trip draw kaya gini:



Yaudah ya, aku sih mau ikutan Trip to Buitenzorg dengan objek budaya yang berbeda! Kalau kamu?




Menelisik Uniknya Buitenzorg



Suatu pagi di hari Sabtu tertanggal 7 Maret 2015, aku sudah melangkahkan kaki ku keluar dari kosan menuju Stasiun Sudirman. Duduk manis di sederetan bangku di peron 2, menunggu Chandra dan Dodo, kemudian menaiki commuter line ke arah Bogor. Tiba, di stasiun Bogor dan sudah ada 14 orang lainnya, rombongan Culture Trip ID. Ya, kami hendak berjalan-jalan menelisik kota Buitenzorg.

Buitenzorg? Apa yah? Terdengar asing di telinga, apa ini Indonesia? atau di luar negeri? Tentu ini Indonesia! Tak mungkin ke Buitenzorg, kalau ada di luar negeri, hanya dengan menaiki commuter line bukan? :D


"Lambang Buitenzorg Zaman Dulu"

Buitenzorg adalah penamaan Belanda untuk kota hujan, Bogor! Buitenzorg sendiri artinya kota tanpa kecemasan (bahasa belanda). Karena, pada zaman dulu, ketika para penjajah merasa penat di tengah ibu kota, mereka melarikan diri ke kota ini, kota yang tenang, damai dan tanpa kecemasan. Unik sekali bukan sejarah penamaan kota Bogor ini?

Oke, penamaan kotanya saja sudah sangat unik, lalu ada apa lagi yang unik di kota hujan ini?
Rombongan kami memang berencana berjalan-jalan di Kota Bogor. Bukan sekedar jalan-jalan atau wisata biasa, melihat pemandangan alam, nge-mall atau berkulineria! Kami hendak melakukan perjalanan wisata budaya!
Perjalanan wisata budaya? Apa lagi itu? Sepertinya masih banyak yang belum tahu kan? Aku juga baru menemukan jenis wisata semacam ini belakangan, ketika aktif di komunitas Sobat Budaya Jakarta (komunitas anak muda yang membawa misi pelestarian budaya tradisi Indonesia melalui pendataan budaya).

Wisata budaya atau culture trip, juga merupakan salah satu jenis traveling, seperti pilihan traveling ke pantai, ke gunung, atau perjalanan mengelilingi kota. Pilihan traveling ini, adalah mengunjungi objek-objek budaya di suatu daerah.

Perjalanan culture trip kali ini adalah melangkahkan kaki di sudut-sudut kota hujan, menelisik kekayaan budayanya yang masih tersembunyi.

Destinasi pertama! Pabrik Tahu Raos. Pabrik tahu ini sudah berdiri sejak tahun 1970-an dan diteruskan oleh keturunan keluarga. Di sini, kita belajar proses pembuatan tahu raos. Dan tentu mencicipi tahunya! Rasanya enak, asin dan sangat lembut! Berbeda dengan tahu-tahu yang pernah kucicipi di Jakarta.
Penasaran bagaimana proses pembuatan tahu raos ini? Bisa lihat video amatiran ini ya, hasil wawancara dengan si akang yang kini menjalankan bisnis pabrik tahu raos.


"Seorang Akang sedang memasak olahan kedelai di Pabrik Tahu Raos"

Destinasi berikutnya, Kampung Wayang Golek “Enday Art” di Bogor Barat. Di sini, kami melihat dan belajar proses membuat wayang, dari kayu … dipahat menjadi berbentuk rama, shinta, cepot, atau tokoh-tokoh wayang lainnya, hingga proses pewarnaan dan pemasangan busananya. Kami pun berkreasi mewarnai wayang golek kami sendiri. Rasanya tentu menyenangkan!


"Mejeng di samping hasil karya wayang golek Kang Enday"

Di sini kita tidak saja bisa belajar membuat wayang, tetapi juga bisa belajar menabuh gamelan bersama Kang Enday. Ada seperangkat alat gamelan, kenong, gong, kendang yang terjejer di teras workshop “Enday Art”

Hari sudah semakin siang, perut sudah meraung minta diisi :D, maka beranjaklah kita ke Taman Wisata Kencana untuk berburu kuliner yang dijajakan di sepanjang jalan. Di sepanjang jalan, banyak pilihan kuliner dari cita rasa tradisional dan modern, dari yang murah hingga yang bisa merogoh kocek dalam-dalam.

Destinasi akhir perjalanan kali ini, Pemandian Air Panas di Kaki Gunung Kapur di Ciseeng. Sesampainya di lokasi, kami mengeksplor tempat wisata ini. Ada banyak wahana yang tersedia di sini, dari fasilitas outbond, trekking gunung kapur, pemandangan sawah, dan tentunya fasilitas pemandian air panas.

Beruntung aku sudah sempat menanjak, melewati trekking gunung kapur dan mengabadikan momen di atas gunung kapur yang memiliki ketinggian beberapa ribu MDPL. (Akhirnya setelah sekian kali gagal kemping dan naik gunung, sekarang aku sudah menaklukan gunung kapur! Hahahah :D, tapi sungguh, trekking gunung ini jauh jauh jauh lebih mudah dan mudah dilalui, dan juga tidak terlalu tinggi :p)

Air di pemandian air panas ini mengandung belerang, sulfur dan garam, bisa menjadi obat dan menyehatkan. setelah seharian berkeliling, dan sudah menapakkan ribuan langkah di kota hujan, kini waktunya memanjakan tubuh! Berendam dengan air panas ini sungguh menyenangkan. Menyantaikan tubuh, menjernihkan pikiran, dan memberikan ketenangan.

Hari sudah gelap! Mari pulang…

Sehari Mengapresiasi Budaya Sunda di Kota Bogor

Berbicara tentang budaya di Indonesia, sepertinya tak akan ada habisnya ya? Setiap jengkal tempat yang kita singgahi pasti memiliki kekhasan budayanya masing-masing. Tapi, seringkali kita abai, atau memang kita tidak tahu tentang informasinya. Dan, budaya tradisi yang telah bertahan puluhan atau bahkan ratusan tahun mungkin saja bersembunyi malu-malu.

Sehari yang berharga di bulan September lalu, aku turut mengapresiasi budaya Sunda di Kota Bogor. Kota yang tidak begitu jauh dari ibu kota. Bersama rombongan Culture Trip Indonesia aku menyambangi Pabrik Gong Pancasan dan Enday Media Art. Rasa senang lainnya yang kurasakan adalah, semua peserta trip ini adalah anak-anak muda dan ada juga peserta dari US yang sedang menempuh studi bahasa Indonesia di Universitas Indonesia.

Pabrik Gong Pancasan

Uniknya, di sini tidak hanya membuat gong sunda tetapi juga membuat gamelan jawa dan gong  Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Pabrik Gong Pancasan yang berada di Jalan Pancasan No. 17, Pasri Jaya, Bogor Barat, Kota Bogor. Tidak terlalu sulit untuk menemukan pabrik ini, karena lokasinya berada di pinggir jalan raya dan terpampang tulisan Gong Factory Bogor di temboknya. Pabrik ini adalah pabrik pembuatan gong yang telah bertahan selama 370 tahun dan dijalankan secara turun-temurun oleh pemiliknya, Para pengrajinnya juga berlanjut secara turun-temurun.

batak. Perangkat musik ini dibuat dari bahan timah dan tembaga. Timah dan tembaga sebagai bahan utama pembuatannya dipasok dari Bangka Tin, lembaga pemerintah yang memasok timah dan tembaga. Di Pabrik Gong Pancasan kita bisa melihat proses pengolahan timah dan tembaga secara langsung, mulai dari proses pembakaran, penempaan (dipukul-pukul), pencetakaan, pengelasan dan pewarnaannya. Namun, saat berkunjung kesana kami hanya bisa melihat proses pembakaran dan penempaannya saja. Aku sendiri mencoba melakukan proses penempaan, memukul bahan yang sudah dibakar secara berulang kali, dan itu susaaahhhh!!! Dan super berat hahaha.

Salah seorang pengrajin Gong Pancasan, Kakek dan Bapaknya juga merupakan pengrajin Gong Pancasan
Sumber-sumber Foto: Culture Trip Indonesia

Gong Batak

Di halaman depan Gong Factory Bogor
Inilah tanda yang bisa kamu kenali dari jalan raya.

Wayang Golek "Enday Media Art"

Berikutnya kami menuju pabrik wayang golek "Enday Media Art" yang berada di Jalan Sinragalih 2 No. 58, Loji, Bogor Barat. Untuk menemukan tempat ini sedikit sulit, karena berada di dalam area komple perumahan. Pun, kita harus masuk ke gang sempit untuk menuju lokasi "Enday Media Art." Pabrik wayang golek "Enday Media Art" sudah dibangun sejak tahun 1965 oleh Bapak Kang Enday. Bapaknya telah mengetahui dan menghapal 300 model wayang golek! Keren ya! Ada 300 model wayang golek dan dihafal semua. Wayang-wayang golek yang dibuat di sini terbuat dari kayu lame. Kayu ini adalah kayu yang terbaik dan awet untuk dijadikan wayang golek, dan hanya terdapat di Sumatera dan Jawa. 

Bapak Kang Enday

Di sini kami melihat proses pengukiran dan pembuatan wayang golek yang dikerjakan oleh Bapak Kang Enday secara langsung. Selain itu, yang paling menyenangkan bagi kami adalah kami bisa turut mengikuti dan mengerjakan proses pewarnaan kepala wayang golek. Kami semua bisa memilih satu wayang golek dan mengkreasikan warna sendiri di kepala wayang golek. Setelah proses pewarnaan selesai kita pun bisa membawa pulang wayang golek kreasi kita dan cukup membayar Rp. 100.000,- 

Aku sebetulnya sangat suka mewarnai gambar, biasanya aku mewarnai doddle book, tapi mewarnai golek ini adalah hal yang sangat terasa berbeda. Kita harus penuh kesabaran, dan harus memiliki rasa tenang dan pas selama proses pewarnaannya. Kalau wirasa sedang kacau, otomatis hasilnya pun akan kacau. Memang ya, wiraga dan wirasa harus diolah untuk bisa menghasilkan hal-hal yang bagus, pun untuk menghasilkan dan melestarikan budaya.

Proses pewarnaan wayang golek

Wayang Golek yang telah diwarnai


Gamelan Sunda

Masih di tempat yang sama di "Enday Media Art" kami juga bisa belajar memainkan gamelan sunda. Satu keluarga Kang Enday memang menggeluti budaya sunda, mulai dari Bapak Kang Enday, Kang Enday, adiknya dan anaknya semua mahir dalam mengkreasikan wayang golek dan memainkan gamelan sunda. Siang itu, kami dipandu langsung oleh mereka untuk membaca notasi gamelan dan memainkannya. Sekali lagi untuk membaca dan memainkan gamelan ini kita juga perlu mengolah wirasa, supaya hasilnya pas dan iramanya selaras dengan pemain-pemain lain.

Bagiku, memainkan gamelan sunda ini lebih sulit dibandingkan dengan mewarnai wayang golek. Karena selama ini aku memang buta nada dan musik, jadi terasa sangat tertatih-tatih untuk mempelajari kesenian musik. Tapi tetap saja, mempelajari gamelan sunda ini menyenangkan dan mengasikkan!

Notasi Gamelan Sunda

Memainkan Gamelan Sunda. Lihat aja mukanya aku kenceng dan serius banget biar engga salah pukul hahaha

Rombongan Culture Trip Indonesia di "Enday Media Art"

Terimakasih untuk penjelajahan dan pengapresiasian budaya sunda kali ini!






#SalamSatuJempol untuk Indonesia!


Selama ini, biasanya aku bercerita dan bertutur tentang food, travel, culture dan life style, namun kali ini aku juga akan menuliskan opini ku tentang pemerintahan dan pembangunan Indonesia. Karena, bagaimana pun, kehidupan kita tidak akan bisa terpisahkan dari kinerja pemerintahan dan kemajuan pembangunan Indonesia. Bayangkan saja, apa jadinya jika tidak ada rencana pembangunan 15 bandara baru di Indonesia. Kesempatan untuk traveling untuk mengeksplor wilayah-wilayah Indonesia akan akan mengalami kesulitan, tertunda atau bahkan tidak bisa kita realisasikan.

Kalau pemerintah tidak mengupayakan program-program perekonomian, kesehatan, pendidikan dan pembangunan berjalan dengan baik kita pun tak akan bisa menikmati layanan-layanan yang semakin mempermudah dan membantu masyarakat Indonesia. Misalnya saja program BPJS Kesehatan, Kartu Jakarta Pintar, Kartu Indonesia Sehat, layanan ekonomi digital, kemudahan berbisnis, pembangunan bandara, jalan tol serta infrastruktur-infrastruktur lainnya dan beragam program lainnya yang turut meningkatkan kualitas hidup dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kalau semua program tersebut tidak pernah ada, aku pun mungkin akan kesulitan membahas dan menceritakan review unik dan menarik tentang food, travel, culture dan life style.

Penghujung tahun 2018 akan segera tiba, dan kita akan memasuki masa-masa kampanye Pemilihan Presiden 2019. Sudah saatnya kita merefleksikan kinerja Presiden Jokowi selama 5 tahun ini dan mendalami sosok-sosok calon presiden pada pemilihan presiden pada tanggal 17 April mendatang. Ada banyak hal yang kusoroti selama masa pemerintahan Jokowi sejak tahun 2014 hingga sekarang menuju Pilpres 2019.

Setelah membaca dan menesuluri berbagai informasi mengenai program kerja Jokowi sejak tahun 2009, berikut beberapa program kerja Jokowi yang patut diacungi jempol untuk pembangunan Indonesia*:

Jokowi adalah Presiden pertama yang membawa semangat Kebhinekaan dan ragam budaya tradisi Nusantara dalam Upacara Kemerdekaan di Istana Negara


Semangat kebhinekaan dan kecintaan budaya tradisi nusantara yang dibawa oleh Pak Jokowi di era pemerintahannya adalah hal yang paling berkesan bagiku. Bagaimana tidak, sebagai salah seorang relawan di sebuah komunitas pelestari budaya, apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi bagaikan angin segar yang memberikan semangat baru untuk terus melanjutkan perjuangan untuk terus melestarikan dan memahami identitas dari budaya tradisi nusantara.

Pembangunan Infrastuktur Nasional

Di era pemerintahannya, Jokowi mencanangkan program pembangunan infrasturktur secara merata dan menyeluruh guna aktivasi roda perekonomian yang merata. Sejak 2014, Ia telah melakukan penguatan konektivitas tol laut dengan pembangunan dan pengembangan pelabuhan sejumlah 477 titik lokasi (2015-2017), pembangunan (akumulatif) 369 KM spool rel kereta (2015-2017), pembangunan 11 bandara baru, pembangunan 397 KM jalan tol yang sudah beroperasi dan Pembangunan LRT serta MRT yang masih dalam tahap penyelesaian.

Penerbitan Jutaan Sertifikat Tanah

Di era pemerintah Jokowi langkah percepatan penerbitan sertifikat tanah dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun. Sebelumnya, pemerintah hanya menyelesaikan 500k hingga 800k sertifikat tanah per tahun. Sekarang ini, pemerintah sudah bisa menerbitkan jutaan sertifikat tiap tahunnya, bahkan di tahun 2018 sudah terbit 5 juta sertifikat tanah. Pemerintahan Jokowi pun terus menggencarkan reforma agraria dan redistribusi lahan untuk bisa dikelola oleh masyarakat.

BBM Satu Harga

BBM sudah menjadi kebutuhan yang penting untuk menggerakkan perekonomian, sayangnya harga BBM di pulau-pulau 3T  (terluar, terdepan, terpencil) dan di wilayah Papua harganya masih sangat tinggi. Hingga akhirnya, pemerintah melakukan terobosan BBM Satu Harga untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hingga September 2018, Pemerintah telah mengoperasikan 77 titik BBM Satu Harga. Karena program ini, masyarkat di Tolikara, Papua bisa membeli BBM Premium seharga Rp. 5.150 per liter dan BBM Premium seharga Rp. 6.450 per liter, jauh lebih rendah dari harga sebelumnya Rp. 25.000-40.000 per liter.

Merebut Tambang dan Migas dari Tangan Asing

Di tangan Presiden Jokowi lah kita bisa mengambil alih kembali SDA yang sudah dikuasai asing. Beberapa di antaranya adalah pengambilalihan Blok Migas Mahakam, Blok Migas Sanga-Sanga, Blok Migas Rokan dan kini sepenuhnya dikelola oleh PERTAMINA. Selain itu, Pemerintah juga telah menguasai 51% asset saham Freeport Papua. Ada pula pengambilalihan aset dari PT Newmonta Nusa Tenggara (Perusahaan tambang milik AS) oleh Medco Energi.

Pertama Kali dalam Sejarah, Tingkat Kemiskinan Indonesia Turun 2 Digit sejak 1998


Jokowi adalah Presiden pertama yang telah melakukan komunikasi langsung dengan Suku Anak Dalam

Jokowi adalah sosok pemimpin yang merakyat dan tanpa sekat

Ia lah tokoh Presiden RI pertama yang melakukan blusukan langsung ke masyarakat untuk mendengarkan keluh kesan dan masukan dari mereka.

Jokowi adalah Presiden pertama yang memberikan Ijin pada Menteri Kelautan, Susi Pudjiastuti untuk menenggelamkan kapal pencuri ikan di perairan Indonesia

Di era Pemerintahan Jokowi, pembangunan tidak hanya difokuskan pada daerah Jawa saja, namun merata dan mengutamakan pembangunan di wilayah Kalimanta, Sulawesi serta Papua.

Dan masih banyak deretan kinerja Pemerintahan era Jokowi-JK. Saat ini, sudah ada 2 nama capres dan cawapres yang harus kita kenali demi menentukan pilihan yang tepat dan yang terbaik untuk kemajuan dan pembangunan Indonesia. Jokowi – Ma’ruf Amin, dengan nomor urut 1 dan Prabowo – Sandi, dengan nomor urut 2. Setelah aku melakukan profiling pada kedua Capres-Cawapres 2019, ku temukanlah sisi positif dan negatif dari kedua belah pihak. Dengan segala pertimbangan track record, rekam jejak sejarah, kinerja dan visi misi paparan capres cawapres, hak pilih ku sudah ku tetapkan untuk pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin demi pembangunan Indonesia.
Sejak pengumuman nama capres dan cawapres, aku sudah mengeliminasi capres dan cawapres dengan nomor urut 2. Pasalnya, Capres nomor urut 2 telah memiliki rekam jejak yang tidak bisa ku terima dengan baik. Sehingga, aku lebih berfokus pada pengenalan sosok Jokowi dan Ma’ruf Amin serta rekam jejak kinerja, prestasi dan visi misi yang akan mereka bangun untuk Indonesia di masa mendatang.

Pemilihan Presiden 2019, sudah semakin dekat, kenalilah calon-calonmu, gunakan hak pilihmu, untuk penentuan arah masa depan Indonesia mendatang.


#SalamSatuJempol untuk Indonesia!



*Direview dari berbagai sumber

Traveling #AsikTanpaToxic ke Petak Sembilan

Siapa yang tak suka dengan traveling? Selain traveling menjadi trend dan life style anak-anak muda jaman sekarang, menurutku traveling adalah kegiatan positif yang bisa membantu kita menghilangkan stres dan meraih kebahagiaan. Gimana engga kan? Setelah selama seminggu, aktivitas dilalui dengan penuh deadline pekerjaan kantor dan emosi yang naik turun karena beragam tuntutan kerja, aku selalu menyempatkan waktu di akhir pekan untuk jalan-jalan. Kemanapun, asal bisa keluar dari rutinitas sehari-hari dan melihat pemandangan serta melihat aktivitas masyarakat sekitar yang mengasyikkan.

Setiap traveling, aku merasa hari-hariku penuh dengan rasa bahagia dan emosi positif! Bertemu dengan orang-orang baru, melihat aktivitas sosial budaya masyarakat setempat, mendapatkan teman-teman baru dan tentu melatih kebugaran badan juga. Setiap traveling, aktivitas fisik pasti meningkat, semakin banyak jalan, mulai membiasakan diri mengatur olah pernafasan selama perjalan dan semakin banyak minum air putih!

Seperti yang kurasakan ketika hari Sabtu lalu, 25 Agustus 2018, aku mengikuti culture trip ke kawasan China Town di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Traveling kali ini aku menyusuri tempat-tempat masyarakat Tionghoa dan mengulik adat budayanya yang masih sangat kental. Traveling dimulai dari Stasiun Jakarta Kota dan menyinggahi beberapa tempat unik dan sarat unsur budaya Tionghoa. 

Destinasi pertama adalah Pantjoran Tea House. Tempat ini adalah kedai teh yang ciamik dengan gaya arsitektur Tiongkok di Jalan Pancoran Raya No. 4-6, Glodok Tamansari. Bangunan yang digunakan adalah toko obat tertua di Batavia dengan nama Apotheek Chung Hwa. Yang menarik dari tempat ini adalah selain bisa menikmati hidangan teh dan kudapan khas Tiongkok di dalam kedai, kita juga bisa meminum teh secara gratis yang disediakan di teras kedai. Ini adalah tradisi "Patekoan" atau tradisi 8 teko. Terjajar 8 teko dan belasan gelas yang disediakan untuk pengunjung yang singgah. Teh yang disediakan ini adalah simbol kebersamaan bagi masyarakt Tionghoa.

Tradisi "Patekoan" (8 Teko)
Captured by @penarubah

Selanjutnya, kami beranjak ke Klenteng Jin De Yuan (Wihara Darma Bakti) dan Wihara Darma Sakti, yang terletak bersebelahan. Lokasinya berada di Jalan Kemenangan III Petak Sembilan No. 19, Glodok Tamansari. Klenteng Jin De Yuan adalah salah satu klenteng tertua di Jakarta. Pada awalnya, penamaan bangunan ini adalah Kwan Im Teng yang pada akhirnya melahirkan kata "klenteng" yang digunakan hingga sekarang.

Kebetulan, saat itu para umat sedang mempersiapkan Festival Cio-Ko, atau Hungry Ghost Festival. Sehingga aktivitas peribadatan pun sangat ramai. Festival Cio-Ko merupakan tradisi perayaan dalam kebudayaan Tionghoa. Festival ini dilaksanakan pada bulan ketujuh Imlek, atau Bulan Hantu, Chinese Ghost Month. Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, pada bulan ini pintu alam baka terbuka dan hantu-hantu di dalamnya dapat bersuka ria berpesiar ke alam manusia. Sehingga, pada bulan ini diadakan perayaan dan sembahyang sebagai penghormatan kepada hantu-hantu tersebut dan kepada arwah-arwah leluhur.

Di Dalam Klenteng Jin De Yuan (Wihara Dharma Bakti)
Captured by @penarubah

Melihat Persiapan Tradisi Cio-Ko di Pelataran Vihara Dharma Sakti
Captured by @penarubah

Seharian ini aku memulai aktivitas dari pagi hingga malam hari di kawasan yang penuh dengan asap dupa! Banyaknya aktivitas di luar ruangan dan terpapar langsung dengan udara yang telah tercemar aku juga harus waspada kan dengan beragam racun yang terserap tubuh. Untungnya aku melihat Natsbee Honey Lemon di sosial media dan membaca kandungan serta manfaatnya untuk menghalau racun dalam tubuh. Jadi aku sudah menyiapkan sebotol NATSBEE Honey Lemon sebagai teman perjalanan kali ini.

Di Pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat
Captured by @penarubah

Kalau sehari-hari kita mengalami stres dan tercemar polusi lingkungan tentu akan berdampak buruk bagi tubuh kan? Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membuang racun dan zat-zat buruk dalam tubuh adalah mengkonsumsi madu dan lemon. Kedua bahan ini terbukti memiliki kebaikan alami yang dapat mengikat zat-zat berbahaya di dalam tubuh lalu membuangnya dari dalam tubuh. Sehingga badan kita bisa kembali bersih dan segar!

Dengan hadirnya Natsbee Honey Lemon yang terbuat dari campuran madu dan lemon asli dan dilengkapi Vitamin C tentu menjawab kebutuhan ini ya? Kita bisa tetap segar selama beraktivitas dan membersihkan zat-zat racun dalam tubuh. So, jangan lupa siapkan Natsbee Honey Lemon untuk bersihkan hari aktifmu! Jadi kita bisa tetap #AsikTanpaToxic setiap hari.

Natsbee Honey Lemon
Captured by @penarubah

Captured by @Jo_Danha

Traveling ku berakhir hingga malam hari di Klenteng Jin De Yuan dan tetap segar berkat Natsbee Honey Lemon. 


Pengalaman Pertama Menjelajah Layanan Hosting Hoster.co.id

Selama setahun belakangan ini agaknya kasian sekali ya blog traveling ku ini, karena memang tidak ada cerita-cerita perjalanan yang ku lakukan sepanjang tahun 2020 karena pandemi. Sejak Maret 2020 hingga saat ini, Februari 2021 sepenuhnya aku karantina mandiri dan di rumah saja. Keluar hanya sesekali untuk urusan-urusan kerjaan dan mendesak, misalnya saja ketika aku sangat butuh bercengkerama dengan sahabat ku karena sudah merasa mood swing dan butuh refresh psikologi karena hampir setahun berdiam diri tanpa bersosialisasi dengan keluarga atau pun teman-teman dekat.

Di awal tahun 2021, saat program vaksinasi sudah mulai berjalan, terbesit harapan pandemi segera usai dan aku bisa kembali mengeksplorasi nusantara dan membagikan cerita-cerita perjalananku lewat blog ini, Aamiin. Sembari memanjatkan harap dan doa kembali normalnya aktivitas kita, aku pun harus bersiap membenahi blog ini, yang sudah terlalu lama mengalah karena pandemi.

Blog traveling yang ku buat sejak 2017 ini ternyata hanya punya domain culture-traveler.com dan belum memiliki hosting pribadi guys, ahahhahaa. Selama ini, blog ku ini mengandalkan cloud hosting google yang terintegrasi dengan layanan blogspot. Ya sudah, sembari memulai membenahi blog ini aku mulai mencari-cari referensi yang perlu ku lakukan untuk meng-upgrade blog ku ini, salah satu yang perlu ku lakukan: menyediakan layanan hosting pribadi.

Mari bergegas membenahi blog ini!


Dari beberapa referensi keperluan blogging yang ku baca, selain domain, hosting menjadi layanan yang penting untuk dimiliki blogger. Kenapa? Karena hosting inilah yang menjadi tempat penyimpanan data kita, mulai dari tulisan, code, foto, video dari semua artikel yang kita tulis di blog. Kalau tidak memiliki hosting pribadi, kerugian yang bisa kita alami yaa misalnya saja loading blog kita yang lebih lama, atau hilangnya data seperti foto dan video dalam artikel kita. Yang pasti, hal-hal seperti itu merugikan bagi blogger, karena pasti akan mengganggu pengalaman para pembaca blog kita, dan blog kita ya akan ditinggalkan begitu saja, huhu.

Dan akhirnya aku mencari-cari penyedia layanan hosting yang memberikan layanan sesuai kebutuhan dan tentunya on budget! Karena memang selama pandemi, aku menjadi lebih disiplin dan memperhitungkan pengeluaran-pengeluaranku. Layanan hosting yang banyak sekali direkomendasikan dan masuk jajaran top five penyedia jasa hosting yang ku pilih adalah hoster.co.id.

Layanan hosting hoster.co.id menjadi pilihanku karena ada banyak pilihan layanan unlimited hosting plus semua harganya jauh lebih terjangkau, semuanya sedang diskon daannn yang paling menarik kita bisa memilih durasi sesuai kebutuhan, mulai dari layanan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan dan 32 bulan. Enak bukan? Jadi buat yang masih mencoba menjelajah layanan hosting kaya aku, bisa coba layanan satu bulan dulu, untuk mengecek kepuasan layanan dan fasilitasnya.

Aku mencoba menjelajah web hoster.co.id dan ada banyak layanan yang disediakan mulai dari semi dedicated hosting, hosting unlimited, dedicated hosting, reseller hosting unlimited, e-Learning hosting, CBT Optimized, Cloud Computing, VPS Indonesia, Dedicated Server USA, Daftarkan Domain Baru, hingga transfer domain. Karena aku memang mau mencari layanan hosting, ya sudah aku langsung saja memilih hosting unlimited karena itu layanan yang sedang ku butuhkan. Dari layanan hosting unlimited sendiri, kita bisa memilih fasilitas LITTLEONE, HOSTERONE dan MONSTERONE. Saat ini, layanan MONSTERONE sedang menawarkan diskon 25% dari harga Rp. 199.000,- menjadi Rp. 149.000,- saja per bulannya. Ya sudah, aku memilih layanan MONSTERONE untuk mencoba jasa hosting dari hoster.co.id ini.

Penawaran Layanan Unlimited Hosting di Halaman Depan hoster.co.id


Sejauh yang ku coba selama menjelajahi web hoster.co.id cukup mudah ya untuk dipahami, di halaman depan hoster.co.id pun kita sudah bisa melihat penawaran layanan hosting dengan berbagai harga diskon yang memang sedang ditawarkan. Kita tinggal memilih menu layanan yang paling menarik sesuai kebutuhan dan lakukan pemesanan dan pembayaran. Dua layanan yang paling ku suka dari hoster.co.id adalah layanan Customer Service nya yang responsif, cepat sekali memberikan tanggapan dari pertanyaanku ketika menanyakan mekanisme order layanan hosting. Dan yang kedua adalah pilihan metode pembayaran yang lengkap, mulai dari metode virtual account berbagai bank, transfer manual, gopay, PayPal, kartu kredit, alfamart hingga alfamidi. Jadi tidak menyulitkan saat pembayaran.

Step one, upgrade blog done! 


Explore Oud Batavia

Sabtu pagi, 14 Maret 2015, aku bergegas ke Shelter TransJakarta Bunderan Senayan menuju Kota Tua. Ya, hari ini aku dan teman-teman dari Sobat Budaya Jakarta dan Culture Trip ID akan meng-Explore Oud Batavia!

Oud Batavia atau yang sekarang dikenal sebagai Kota Tua Jakarta, dulunya adalah tempat pemukiman orang-orang dari berbagai pelosok Nusantara yang berdagang dan berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kemudian lama-lama bermukim di kawasan ini. Tidak hanya orang pribumi, tetapi juga orang-orang dari Melayu, Arab, Tiongkok, Belanda, Portugal, Inggris dan yang lainnya.

Kawasan di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa akhirnya dibangun dan menjadi pemukiman yang dinamai Batavia. Nama Batavia ini pun kemudian bergeser menjadi Betawi. Karena pemukiman ini terdiri dari orang-orang dari berbagai wilayah dan kebudayaan, maka budaya Betawi adalah hasil akulturasi dari berbagai budaya tersebut, oleh karena itu budaya Betawi disebut juga sebagai budaya mestizo.
Ya itu aja sih secuil sejarah tentang Oud Batavia hehee :D

Yup, mari kita Explore Oud Batavia!

Sebetulnya ada banyak banget objek wisata dan objek budaya yang ada di kawasan Kota Tua. Tapi kali ini, aku dan teman-teman cuma berkunjung ke beberapa tempat nih, Museum Wayang, Perpustakaan Museum Fatahillah, Rumah Akar, Museum Bahari dan Menara Syahbandar. Maklum mengitari itu saja sudah bikin kaki gempor heheee.

Objek-objek wisata dan budaya yang lainnya, akan ditulis nanti-nanti ya, di session Explore Oud Batavia part 2! :D

Museum Wayang!



Museum ini jadi destinasi pertama nih di kegiatan Explore Oud Batavia ini. Untuk masuk ke Museum Wayang kita cukup membayar tiket seharga Rp. 5.000,00 (dewasa), dan Rp. 3.000,00 jika kita menunjukan kartu mahasiswa atau kartu pelajar.

Aku memang sudah beberapa kali menyambangi tempat ini, tapi seakan tak pernah habis untuk dieksplorasi! Selalu ada objek-objek yang baru sempat aku lihat, atau karena memang aku kurang jeli dan perhatian sama kamu? Eh sama objek-objek budaya yang ada di Museum Wayang maksudnya.

Jadi di sabtu pagi ini museum wayang ini masih (amat) sepi. Ketika bertanya ke petugas, petugas menceritakan kalau, museum akan mulai ramai di siang hari dan sore hari. Dan juga, setiap hari Minggu biasanya akan ada pentas budaya yang rutin digelar. Jadi, kalau kamu mau ke Kota Tua, terutama mau ke Museum Wayang lebih baik di hari Minggu. Aku sendiri beberapa minggu lalu, ke Museum Wayang dan ada gelaran Wayang Beber Metropolitan. Gelaran wayang ini menarik, karena biasanya aku melihat gelaran wayang kulit atau wayang golek. Aku baru melihat gelaran wayang beber ini pertama kali.


Ini Ivo, salah satu teman yang ikutan acara Explore Batavia. Tapi aku bukan mau kenalin Ivo-nya yah :p. Nah itu di belakang Ivo, ada semacam workshop yang jual pernak-pernik dan ornamen-ornamen etnik dan wayang-wayangan

Muter-muter dan foto-foto di Museum Wayang sudah! Perut terasa lapar yah, maklum pagi-pagi ke Kota Tua tanpa sarapan dulu. Akhirnya aku dan teman-teman makan nasi pecel di pelataran depan Museum Kota Fatahillah.


Ini Rahma, teman kuliahku, sebelum makan selfie dulu ya sama Simbok yang jualan pecel :p

Perpustakaan Museum Fatahillah

Nah ini salah satu tempat yang baru aku lihat setelah beberapa kali main-main ke Kota Tua Jakarta. Jadi, perpustakaan ini adalah semacam perpustakaan mini yang hanya pakai tenda seukuran kurang lebih, berapa ya, 20x10 meter mungkin, di pelataran depan museum wayang.
Perpustakaan ini menyediakan cukup banyak koleksi buku, terutama buku-buku tentang budaya, betawi, nusantara dan Indonesia.

Dijaga oleh seorang bapak tua yang berpakaian nyentrik. Ya! Nyentrik, karena mengenakan baju seperti baju adat orang Madura, warna coklat dan garis-garis, serta pakai topi bulat seperti orang londo (orang belanda) jaman dulu. Topi yang bisa kita lihat di penyewaan sepeda depan Museum Fatahilah. Dan Bapak ini juga memarkir sepeda onthelnya di depan perpustakaan ini. Bapak ini juga sudah hafal dengan kawasan Kota Tua hingga Sunda Kelapa, aku sempat bertanya-tanya kepada bapak ini, bagaimana aku dan teman-teman bisa menuju Museum Bahari yang lokasinya berada di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.

Di sini tersedia beberapa kursi lipat yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk sembari membaca buku. Pagi itu, ada beberapa anak-anak yang sedang asik memilih buku dan membaca buku.


Nah ini dia sedikit penampakan dari Perpustakaan Museum Fatahillah

Rumah Akar
Rumah akar ini, konon katanya seram. Banyak pengunjung yang mengalami kejadian-kejadian mistis di sini. Tapi, banyak juga loh orang-orang yang melakukan foto pre-wedding di sini. Untuk masuk ke dalam, biayanya cukup mahal, Rp.100.000 untuk 8 orang per lima belas menit. Hohohoho ~





Museum Bahari



Museum Bahari ini lokasinya cukup jauh dari Kawasan Kota Tua, kita harus naik angkot sekali menuju Museum Bahari. Ini pertama kalinya aku ke Museum Bahari dan ke kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Untuk masuk ke Museum Bahari sama saja seperti masuk ke Museum Wayang, cukup membayar tiket seharga Rp. 5.000,00 (dewasa), dan Rp. 3.000,00 jika kita menunjukan kartu mahasiswa atau kartu pelajar.

Museum ini sangat besar, ada beberapa bangunan dan terdiri dari beberapa tingkat. Tapi, museum ini sungguh sangat sepi. Ketika di depan museum bahari, kami hanya melihat beberapa orang wisatawan.

Museum ini banyak menampilkan koleksi perahu-perahu kayu, seperti kayu Phinisi dan beberapa jenis perahu lain di lantai 1. Aku kurang tertarik dengan objek-objek ini.


Berlayar yuk dengan bahtera (kapal) ini, Bahtera rumah tangga :p

Kemudian, naik ke lantai 2. Daaaannnn, pemandangan di lantai 2 ini benar-benar membelalakkan mataku! Kereeeenn loh!

Di lantai 2 ini ada berbagai macam objek budaya, patung-patung, film, cerita dan dongeng yang dipajang dan ditata dengan cantik. Mengisahkan sejarah maritime dan bahari Indonesia masa lampau. Ada juga beberapa objek yang memiliki sensor khsusus, sehingga ketika ada pengunjung yang mendekat, secara otomatis akan terputar film documenter tentang sejarah maritim masa lalu.


Wow ada putri duyung!

Ada juga semacam toko (bukan toko betulan yang pasti) rempah-rempah. Di dalam toko tersebut kita bisa melihat beberapa jenis rempah-rempah Indonesia, seperti kayu manis, cengkeh, kunyit, jahe dan ada beberapa jenis rempah yang aku baru tahu.


Rempah-rempah Nusantara. Yang dulu jadi komoditi perdagangan utama di Nusantara

Selama berjalan menyusuri bangunan ini di lantai 2, di gedung yang berbeda, kita juga menemukan perpustakaan bahari. Sayangnya, perpustakaan ini tutup, sehingga aku tidak bisa melihat-lihat ke dalam perpustakaan.


Ini dia perpustakaannya, dan please abaikan yang foto itu !

Di penghujung ruangan kita juga bisa melihat ada alat pengerek untuk menaik-turunkan benda dari lantai 1 ke lantai 2 dan sebaliknya.


Ini dia alat pengereknya, dan itu bukan penampakan! Itu Indah, hehee :D

Memasuki sisi gedung yang lainnya, kita juga melihat ada Café Bahari. Dan, tempat ini juga tutup, padahal kami amat kehausan dan kelaparan, selain kepo dengan isi café bahari tentunya kami juga ingin menikmati sajian makanan dan view dari café ini.


Ini Museum Bahari yang tutup itu huhuhu :(


Ini salah satu view di pelataran Museum Bahari. Sekilas mirip Lawang Sewu yah, hehee :D

Sebetulnya masih banyak objek-objek yang menarik di Museum Bahari ini. Dan buat kamu yang ada di Jakarta tapi belum pernah ke sini, coba deh sekali-sekali kesini, worth it to visit deh tempatnya :)

Menara Syahbandar

Menara ini cukup tinggi, dan kita harus menaiki tangga demi tangga untuk sampai ke bagian teratas dari menara ini. Capek! Ketika menaiki tangga demi tangga yang berwarna merah itu, yang terlintas dipikiranku adalah, “wah ini seperti museum Anne Frank”, hahaha. Ya, aku memang belum pernah ke Museum Anne Frank, tapi aku pernah membaca tulisan tentang museum ini.


Narsis di Menara Syahbandar

Setelah, menaiki tangga demi tangga, dengan nafas yang tersengal-sengal akhirnya sampai juga di bagian teratas dari menara ini. Di bagian ini, ada 3 sisi (seperti jendela) yang terbuka, sehingga kita bisa melihat Oud Batavia dari atas. Sejauh mata memandang aku bisa melihat beberapa kapal yang sedang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. “Oh itu toh yang namanya Pelabuhan Sunda Kelapa” gumamku dalam hati. Pelabuhannya kecil menurutku, dan tidak terlalu banyak aktivitas yang kulihat pada siang hari itu. Dan siapa sangka, kalau dahulu kala, pelabuhan ini adalah pelabuhan yang memiliki aktivitas perdanganan sangat tinggi, dan juga menjadi tempat bersejarah, cikal bakal Jakarta di masa sekarang.

Dari atap menara ini aku bisa melihat pelubuhan Sunda Kelapa dan kapal-kapal yang sedang bersandar. Aku juga bisa melihat bangunan peninggalan VOC di seberang jalan.

Dan akhirnya kaki ini berlabuh ke Taman Ismail Marzuki. Tempat yang menjadi favorit akhir-akhir ini. Tempat yang memiliki kisah dan ceritanya sendiri, dalam penggalan perjalananku.