Wilujeng Sumping! Purwakarta Istimewa ...


Wilujeng Sumping! Purwakarta Istimewa ...

Ahh, minggu ini adalah minggu paling hectic sepertinya. Bolak-balik Jakarta-Bogor dan Jakarta-Bandung. Padahal, aku dan dua orang temanku sudah merencanakan akan bepergian ke Purwakarta di akhir pekan. Jadilah, Jumat pagi ke Bandung, dan Jumat malam aku menyusul teman-temanku di Kampung Rambutan menujut Purwakarta. Sayang sekali, aku datang amat sangat terlambat. Dan sudah tidak ada bus yang langsung ke Purwakarta.

Purwakarta, salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Letaknya tidak terlalu jauh dari Jakarta. Perjalanan ke Purwakarta dari Jakarta bisa ditempuh selama kurang lebih 3 jam dengan menggunakan bus Warga Baru dari Kampung Rambutan.

Purwakarta sendiri berasal dari kata "purwa" yang berarti permulaan atau awal, dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Motto dari Kabupaten Purwakarta adalah Wibawa Karta Rajarja. "Wibawa" berarti berwibawa atau penuh kehormatan, "karta" artinya ramai atau hidup, dan "Raharja" bermakna sejahtera atau makmur.


Peta Purwakarta

Karena berangkat dari Jakarta terlalu larut, sekitar pukul 11.00 malam sehingga kami menaiki Bus tujuan Bandung, dan turun di tol. Bus termalam dari Kampung Rambutan menuju Purwakarta itu pukul 20.00, dan harga normalnya adalah Rp. 25.000,00. Karena kami menaiki bus tujuan Bandung, kami dimintai biaya sebesar Rp. 40.000,00!

Sabtu dini hari, sekitar pukul 01.00 kami tiba di Maracang, Purwakarta. Dari sini kami akan menuju Badega Gunung Parang. Ohh ini dini hari! Di tengah desa antah berantah yang tidak kami tahu. Tidak ada kendaraan umum selarut ini di sini.

Dan inilah pengalaman yang benar-benar baru, aku bersama teman-teman berjalan kaki dari pinggir tol memasuki desa, yang kemudian kami tahu kalau itu adalah Desa Maracang. Ada tukang ojeg yang menawarkan diri mengantar kami ke gunung parang tapi dengan biaya Rp. 100.000,00! Ahhh, itu mahal sekali! Kami, yang hendak backpackeran ini sudah pasti menolak dan memilih berjalan kaki mencari jalan raya. Untuk sekedar memastikan adakah kendaraan umum? Atau kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih baik untuk melanjutkan perjalanan kali ini.

Kami berjalan beberapa ratus meter dan memang jalanan sangat sepi! Kau tahu? Para abang ojeg tadi membuntuti kami, dan seraya memaksa bahwa tidak ada kendaraan umum, ayo naik ojeg saja. Diperlakukan seperti itu tentu kami semakin malas. Kami mempercepat langkah kaki kami, dan bertemu dengan bapak-bapak yang sedang meronda. Bapak-bapak yang baik hati!

Kata mereka, kami harus menunggu paling tidak sekitar pukul 03.00 atau 04.00, sampai ada elf menuju Plered, dan kemudian naik mobil kijang ke Badega Gunung Parang. Jadilah kita harus menunggu 2-3 jam. Badan sudah letih, dan mengantuk tentunya. Akhirnya kami berjalan ke SPBU dan merebahkan badan di musholla. Pukul 03.00 dini hari, aku dibangunkan Inel. Aku kaget, ramai suara di luar, aku pikir ini sudah subuh dan ada orang-orang yang hendak sholat. Oh, ternyata tidak! Mereka pelancong seperti kita sepertinya. Kami pun beranjak dari musholla menuju jalan raya, menunggu elf. Kita harus membayar Rp. 10.000,00 untuk menuju Plered. Kami menaiki elf bersama ibu-ibu dan bapak-bapak yang hendak ke pasar.

Sampai di Plered, dan hari masih gelap. Mobil Kijang baru beroperasi setelah Shubuh, jadilah kita harus menunggu lagi. Kami rebahan di pelataran markas TNI di area Masjid Agung di Plered. Ouuhh, ini sudah Purwakarta, tapi perjalanan masih panjang loh! Dan ini pengalaman pertama ku, melakukan perjalanan bermodal nekat di malam hari begini!

Akhirnya mobil kijang via Gunung Parang muncul! Langsunglah kami mengejar dan menaikinya! Kami masih harus menempuh perjalanan selama satu jam menuju Badega Gunung Parang. Biaya naik kijang ini sebesar Rp. 15.000,00.

Voila! Sampailah kita di Badega Gunung Parang. Badega Gunung Parang ini semacam tempat wisata, tempat menginap yang langsung menghadap ke Gunung Parang. Serba hijau! Sejuk! Dan yang pasti bisa menyegarkan mata, setelah semalaman terlunta-lunta dan kelelahan dalam perjalanan.

Inilah Badega Gunung Parang dengan segala keindahan dan kesejukannya:


Bale Ngaso dan Kolam Ikan


Bale Semah





Yup! Karena kami kelelahan, setelah sarapan kami merebahkan diri sejenak, mandi dan akhirnya melangkahkan kaki untuk mengeksplor kampung Cihuni ini, dan menuju Waduk Jatiluhur.


Ayo jalan-jalan! Telusuri Kampung Cihuni!

Di sini kendaraan umum susah sekali, hanya ada mobil kijang ke Plered itu pun jarang-jarang. Jadilah kami berjalan kaki. Selama perjalanan kita bisa melihat-lihat aktivitas masyarakat, bertani, berternak, dan berdagang. Kita bisa melihat adik-adik kecil yang masih bermain-main dengan tanah, memanjat pohon, jauh dari gadget!

Ini beberapa pemandangan yang bisa kita lihat sepanjang perjalanan eksplor kampung menuju Waduk Jatiluhur:

Sapinya aki, guide lokal yang besok akan menemani kami mendaki Gunung Parang


Padinya sudah mulai menguning! Siap dipanen.


Yang dibelakang itu, Penampakan Gunung Lembu


Penampakan Waduk Jatiluhur sudah terlihat, tapi perjalanan masih jauh looohhh :p

Rasanya kami sudah berjalan jauuuhhhh sekali, beratus-ratus meter tapi belum menemukan dermaga yang menyediakan kendaraan bargas untuk kita naiki menuju waduk jati luhur nih, hahah. Kaki sudah gempor bok!
Beruntungnya kami, di tengah jalan bisa menumpang mobil pick up menuju kota/jalan raya untuk naik angkot ke waduk Jatiluhur.


Bahagia kami naik pick up!

Dan akhirnya dengan segala perjuangan yang kami lakukan, sampailah ke waduk Jatiluhur. Mencoba menaiki onthel gantung di atas waduk jati luhur, naik bargas ke tengah danau untuk makan siang di karamba, dan akhirnya naik bargas lagi menuju kampung Citerbang, dan kembali ke Badega Gunung Parang.


Karamba

Karamba itu tempat makan apung di tengah Waduk Jatiluhur, menyediakan segala jenis ikan pastinya :). Harganya cukup terjangkau loh, enak dan kenyang pastinya :)









No comments

your comment awaiting moderation