Showing posts sorted by relevance for query kode nusantara. Sort by date Show all posts

Ketika Pengetahuan Budaya Indonesia Menjelma Dalam Kode-Kode Nusantara

Dua tahun belakangan ini aku sedang berkutat dengan isu-isu budaya di Nusantara. Banyak informasi dan fakta-fakta mencengangkan yang kutemukan. Siapa sangka Indonesia yang awalnya hanya familiar dengan lima pulau terbesar, memiliki 17.000 kepulauan, 1200 suku bangsa, 726 bahasa daerah dan mungkin ada ratusan ribu atau bahkan jutaaan kekayaan budaya yang tersimpan rapi dalam setiap jengkal tanah nusantara?

Sobat Budaya telah mengumpulkan 5.689 motif batik di Nusantara, 1.500 data kuliner tradisional dan 600an lagu daerah di Nusantara. Semuanya tercatat di Perpustakaan Digital Budaya Indonesia (PDBI) dan masih ada 33.000 data budaya lainnya yang bisa kita baca dan pelajari. Selain di PDBI, kita bisa juga mempelajari pengetahuan budaya tersebut di mobile apps; Map of Batik, Indo Muse dan Nusa Kuliner, yang bisa diunduh secara gratis di play store dan app store.

Dengan banyaknya informasi budaya yang telah terdata, kini Sobat Budaya bersama Bandung Fe Institute menuliskan sebuah buku "Kode-Kode Nusantara: Telaah Sains Mutakhir atas Jejak-jejak Tradisi di Kepulauan Indonesia." Buku ini banyak mengulas tentang pengetahuan yang tersembunyi dan sering kali terlupakan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Menyelami Kode-Kode Nusantara
Dalam Kode-Kode Nusantara, kita bisa menyelami filosofi, makna dan perlambangan atas simbol-simbol yang tersisip dalam setiap budaya tradisi di Nusantara. Ketika membaca buku ini, aku serasa menyelami kisah cinta Ratu Kencana kepada Sunan Pakubawana III Surakarta Hadiningrat. Ratu Kencana merasa ditinggal oleh Sunan Pakubawana III karena kesibukannya di kerajaan dan hadirnya para selir baru.

Motif Batik Truntum
Sumber
Ratu Kencana menuangkan rasa kesepian, kegalauan dan cinta kasihnya kepada Sang Sunan, melalui taburan bintang dalam kanvas langit malam dan bunga tanjung yang digambarkan menjadi kain batik truntum. Ketika Sang Sunan melihat Ratu Kencana sedang membatik di bawah langit malam yang penuh bintang, penuh semilir angin malam yang membawa harum bunga tanjung, Sang Sunan kembali jatuh hati dan jatuh cinta pada Ratu Kencana. Hingga kini, motif batik truntum menjadi sebuah perlambangan atas rasa cinta kasih, kesetiaan dan keharmonisan dalam sebuah hubungan insan manusia. Motif batik truntum ini seringkali digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.

Fakta lain yang mencengangkan tentang batik adalah, terdapat rumus matematika fraktal dalam setiap motif batik yang dibuat oleh nenek moyang kita!
#KodeNusantara Menjadi Bukti Pentingnya Pendataan Budaya

Satu hal lain yang juga menarik perhatianku dalam buku ini adalah Situs Megalitikum Gunung Padang. Orang awam, hanya akan melihat Situs Gunung Padang sebagai hamparan batu yang ada di daerah Cianjur. Padahal Situs Gunung Padang merupakan situs megalitikum tertua di Asia, dan sesungguhnya, di balik hamparan batu ini, terdapat kumpulan batu yang merupakan jam matahari dan kumpulan batu yang dinamai batu gamelan yang menjadi sumber suara pentatonik f"-g"-d"-a. 

Situs Gunung Padang
Sumber

Bertandang Menyusuri Situs Gunung Padang
Mari, ikut menyelami dan menyusuri pengetahuan di balik kekayaan budaya tradisi kita melalui Kode-Kode Nusantara :)

Mendata Budaya untuk Ilmu Pengetahuan

Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata budaya? Pada awalnya aku terbayang dengan kelompok penari yang membawakan tarian dengan lemah gemulai di sanggar atau pun di pendopo, kisah-kisah masa lampau yang diceritakan melalui wayang oleh dalang pada saat pementasan, atau pun adat pernikahan masing-masing suku bangsa di Indonesia.

Tapi, setelah bergabung dengan sebuah komunitas yang melakukan pendataan budaya, pandanganku tentang budaya kian berubah dan berkembang. Budaya tidak terbatas dalam lingkup yang sangat kecil seperti tarian, pertunjukan dan tradisi pernikahan. Lebih luas lagi, segala bentuk kemampuan untuk beradaptasi terhadap terhadap ekosistem dan lingkungan sosial adalah bagian dari budaya. Mulai dari produk arsitektur, kalender tradisional, sistem perairan dan pertanian, alat musik, cerita rakyat, kuliner, motif kain, lagu, naskah kuno dan prasasti, ornamen, pakaian tradisional, permainan tradisional, ritual, seni pertunjukan, senjata dan alat perang, tata cara pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, serta masih banyak lagi ragam kebudayaan yang ada di setiap jengkal Nusantara.

Jadi mengapa kita perlu mendata budaya?

Berawal dari ikut mendata budaya bersama Sobat Budaya, aku menjadi tahu betapa banyak dan beragamnya budaya tradisi nusantara, dengan jumlah budaya yang telah terdata lebih dari 40.000 di budaya-indonesia.org. Dengan jumlah 16.056 pulau, 1.340 suku bangsa, 1.211 bahasa daerah bukanlah hal yang mustahil kalau kekayaan budaya kita mencapai satu juta data.

Dari data budaya tersebut lah lahirlah temuan-temuan ilmu pengetahuan yang membanggakan dan mendorong sense of belonging atas kekayaan budaya yang kita miliki.

Belajar bersama Sobat Budaya dan Bandung Fe Institute, aku mendapatkan pencerahan tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang banyak tersembunyi dan terkodekan di balik kebudayaan kita. Misalnya saja, ditemukanlah perhitungan matematika di balik pola-pola motif batik, namanya geometri fraktal. Ada juga perhitungan matematika dalam suluran ukiran gorga Sumatera Utara, namanya sistem-L atau geometri kura-kura. Pernahkah kita memikirkan dan membayangkan, bagaimana nenek moyang kita membangun Candi Borobudur? Di mana pada masa itu belum ada jasa kontraktur yang bisa membangun bangunan semegah dan sebesar Candi Borobudur? Dengan metode selular otomata, upaya membedah cara pembangunan arsitektur yang begitu kompleks ini, ditemukan pula dimensi fraktal yang menjadi perhitungan pembangunan candi ini.

Ilmu Pengetahuan di Balik Candi Borobudur dan Gorga Batak


Pohon Kekerabatan Arsitektur Nusantara dan Sistem Investasi Masyarakat Tradisional

Coba kita luangkan waktu sejenak berwisata ke Situs Megalitikum Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat. Saat melihatnya pertama kali, yang kita lihat seakan-akan hanyalah tumpukan dan bongkahan batu yang berceceran di atas perbukitan. Tapi, tidak sesederhana itu kondisi Situs Megalitikum Gunung Padang. Di balik bongkahan batu-batu tersebut, tertinggal jejak-jejak teknologi arkeo-astronomi untuk melihat bintang utara, gnomon untuk pertanda waktu, dan ada pula batu gamelan yang menghasilkan sumber suara dengan tangga nada f-g-d-a. 

Dengan kumpulan data dan informasi pun akhirnya kita bisa membaca kekerabatan masyarakat nusantara melalui pola motif kainnya,  produk arsitekturnya, lagunya dan kulinernya. Hal ini semakin menguatkan persatuan nusantara. Slogan "Bhinneka Tunggal Ika" tidak lagi hanya sebagai simbol belaka, namun bisa dibuktikan secara sains.

Peta Kekerabatan Motif Kain Nusantara

Peta Kekerabatan Lagu Nusantara

Peta Kekerabatan Kuliner Nusantara

Dari pendataan dan penelitian, budaya tidak lagi menjadi sebuah objek yang sederhana belaka, tapi kompleks dengan segala macam ilmu pengetahuan yang tersembunyi. Banyak juga temuan tentang sistem investasi tradisional masyarakat-masyarakat zaman dulu, seperti gantangan di Jawa Barat dan nyumbang di Jawa Tengah. Ragam pohon kehidupan seperti kayon, wayang, batang garing, gorga, pohon hariara dan pohon kalpataru menyimpan narasi mitologis yang sesungguhnya mengajarkan filosofi kehidupan. Narasi-narasi semacam ini tentu banyak kita dengarkan melalui tuturan orang-orang tua. Saratnya ilmu pengetahuan di balik kebudayaan tersebut, kini menjelma menjadi #KodeNusantara, yang bisa dibaca dan dipelajari dalam sebuah buku "Kode-Kode Nusantara: Telaah Sains Mutakhir atas Jejak-jejak Tradisi di Kepulauan Indonesia."



Riset-riset peneliti belia yang dilakukan oleh murid-murid SMP dan SMA pun menunjukan hubungan kalender Bali dengan terjadinya bencana, kejahatan, dan sistem tanam yang dianalisis secara ilmiah, tata aturan "warugan lemah" di Sungai Cikapundung Bandung, juga mempengaruhi sistem perairan sepanjang sungai tersebut. 
Ilmu pengetahuan inilah yang menjadi alasan penting mengapa kita perlu mendata budaya.
Dengan ilmu pengetahuan yang dikumpulkan dan digali dari kebudayaan tradisi nusantara kita bisa mencegah ancaman kepunahan, menangkal klaim budaya, dan sumber inspirasi untuk inovasi. Yang paling penting dan mendasar adalah mendata budaya untuk ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itulah, pencegahan kepunahan, penangkalan klaim, pengembangan inovasi bisa dilakukan. Dengan penggalian ilmu pengetahuan di balik budaya tradisi maka kita bisa membuka kembali peradaban di Nusantara yang telah lama terkubur dalam ingatan sejarah dan ilmu pengetahuan.

Pentingnya mendata demi ilmu pengetahuan ini semoga bisa menjadi pendorong bagi kita semua untuk ikut bergotong royong mengumpulkan informasi seputar kebudayaan kita dan mendigitalisasikannya ke Perpustakaan Digital Budaya Indonesia di situs budaya-indonesia.org.

Anggota Sobat Budaya melakukan pendataan budaya ke budaya-indonesia.org


Techno Culture Tour: Usaha Sains-Tekno-Budaya

Traveling layaknya menjadi gaya hidup kekinian ya khusunya untuk para kaum urban. Mengunjungi tempat-tempat wisata di berbagai daerah mulai dari wisata dalam negeri hingga ke luar negeri. Seiring dengan tren traveling pun sudah mulai berkembang beberapa konsep traveling, seperti eco-tourism,wisata maritim, wisata cagar alam, wisata konvensi, agro wisata, wisata buru, wisata ziarah,   wisata budaya,  hingga inisiasi baru techno culture tour dari komunitas Sobat Budaya.

Techno culture tour merupakan peluang usaha wisata baru yang dikembangkan oleh Sobat Budaya. Pada dasarnya paket wisata ini menggabungkan, sains modern, teknologi dan pengetahuan budaya. Mengawali usaha tersebut, techno culture tour perdana diselenggarakan pada tanggal 17 April 2017 di Situs Megalitikum Gunung Padang.

Situs Gunung Padang yang berlokasi di Cianjur, Jawa Barat ini dikenal sebagai kawasan Megalitikum tertua di Asia Tenggara. Tumpukan batu yang berundak dan menghampar ini menjadi objek wisata kekinian setelah dibuka jalur masuknya pada tahun 2014. Penduduk sekitar, sesungguhnya sudah mengetahui keberadaan tumpukan batu ini. Namun, mereka mengeramatkannya dan menganggapnya sebagai lokasi Prabu Siliwangi, penguasa turun-temurun Kerajaan Pajajaran yang berusaha membangun istana dalam semalam di kawasan ini.

Namun, data dan informasi dari hasil riset yang dilakukan Sobat Budaya bersama-sama Bandung Fe Instite mengungkap fakta lain yang menarik! Kawasan Megalitik yang dikeramatkan ini menyimpan pengetahuan dan sains yang selama ini tersembunyi. Salah satunya adalah Batu Gamelan yang merupakan sumber bunyi pentatonik f-g-d-a di Gunung Padang.

Batu Gamelan
Kang Nanang (Guide Lokal), Bang Hokky (Peneliti dan Guide Techno Culture Tour) bersama para peseta

Batu Gnomon, Jam Matahari di Situs Megalitikum Gunung Padang

Selain, gugusan batu gamelan, ada pula gugusan batu, disebut gnomon, yang menjadi jam matahari di kawasan megalitikum ini. Nenek moyang kita, pada masa itu, mengukur waktu dan pergantian musim dengan  mengamati pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang yang ditopang dengan pemahaman tentang arah mata angin dan kutub bumi. Pengukuran ini bisa diperoleh pula dengan pengamatan detail atas rasi bintang.

Mike Addock, Peneliti Litofonik Inggris, Peserta Techno Culture Tour

Bersama Yayasan Perceka Art Center

Simulasi Arkeo Astronomi Situs Megalitikum Gunung Padang

Kelima undakan punden berundak Gunung Padang uniknya tidak berada pada garis lurus yang berorientasi arah sama. Undak pertama berorientasi pada Gunung Gede (335 UT). Undak kedua situs Gunung Padang, secara unik berorientasi agak berbeda (015 UT) dengan undakan pertama. Memperhatikan orientasi posisinya, susunan bebatuan itu seolah menghadap ke arah langit utara yang terbuka. Seolah-olah ada upaya kesengajaan menyusun bebatuan tersebut menjadi semacam “jendela” observasi terbitnya banyak gugus bintang yang biasanya digunakan sebagai penunjuk arah Utara. 



Techno culture tour ini sesungguhnya bukan hanya tentang usaha pariwisata tetapi juga sebagai upaya dan gerakan edukasi bahwa terdapat pengetahuan dan sains modern yang terkodekan di balik kekayaan dan keberagaman budaya tradisi di Nusantara.

Uraian singkat mengenai sains di balik objek-objek di Situs Megalitikum Gunung Padang sudah menunjukan bahwa ada pengetahuan dan sains modern yang terkodekan di balik batuan megalit ini. Situs ini menjadi percontohan dari konsep techno culture tour. Selain, situs ini, Sobat Budaya juga bisa membawamu menjelajahi pengetahuan sains modern di balik tempat-tempat wisata budaya di Indonesia, antara lain Danau Toba, Candi Borobudur, Pusat Kerajinan Batik di Solo dan Yogyakarta, dan objek-objek budaya yang lain yang bisa kamu baca terlebih dahulu dalam buku Kode-Kode Nusantara. Ayo menjelajahi sains-tekno-budaya Nusantara!

---
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandiri.org