Batavia and Betawi??? Sound similar right?



Asal mulanya keberadaan orang Betawi dibentuk oleh Husni Tamrin Samratulangi yang terdiri dari berbagai etnis di Nusantara yang bermukim di Batavia termasuk orang Tiongkok (China), Arab, India, Portugis dan negara-negara lain pada tahun 1920-an dengan nama Komunitas Batavia, namun bergeser namanya menjadi kaum Betawi. Jadi kaum Betawi/etnis Betawi ini merupakan campuran dari berbagai etnis di nusantara dan orang asing tersebut, sehingga budaya dan bahasanya juga merupakan perpaduan dan percampuran dari etnis-etnis tersebut.

Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.

(Dari berbagai sumber)

Menelisik Uniknya Buitenzorg



Suatu pagi di hari Sabtu tertanggal 7 Maret 2015, aku sudah melangkahkan kaki ku keluar dari kosan menuju Stasiun Sudirman. Duduk manis di sederetan bangku di peron 2, menunggu Chandra dan Dodo, kemudian menaiki commuter line ke arah Bogor. Tiba, di stasiun Bogor dan sudah ada 14 orang lainnya, rombongan Culture Trip ID. Ya, kami hendak berjalan-jalan menelisik kota Buitenzorg.

Buitenzorg? Apa yah? Terdengar asing di telinga, apa ini Indonesia? atau di luar negeri? Tentu ini Indonesia! Tak mungkin ke Buitenzorg, kalau ada di luar negeri, hanya dengan menaiki commuter line bukan? :D


"Lambang Buitenzorg Zaman Dulu"

Buitenzorg adalah penamaan Belanda untuk kota hujan, Bogor! Buitenzorg sendiri artinya kota tanpa kecemasan (bahasa belanda). Karena, pada zaman dulu, ketika para penjajah merasa penat di tengah ibu kota, mereka melarikan diri ke kota ini, kota yang tenang, damai dan tanpa kecemasan. Unik sekali bukan sejarah penamaan kota Bogor ini?

Oke, penamaan kotanya saja sudah sangat unik, lalu ada apa lagi yang unik di kota hujan ini?
Rombongan kami memang berencana berjalan-jalan di Kota Bogor. Bukan sekedar jalan-jalan atau wisata biasa, melihat pemandangan alam, nge-mall atau berkulineria! Kami hendak melakukan perjalanan wisata budaya!
Perjalanan wisata budaya? Apa lagi itu? Sepertinya masih banyak yang belum tahu kan? Aku juga baru menemukan jenis wisata semacam ini belakangan, ketika aktif di komunitas Sobat Budaya Jakarta (komunitas anak muda yang membawa misi pelestarian budaya tradisi Indonesia melalui pendataan budaya).

Wisata budaya atau culture trip, juga merupakan salah satu jenis traveling, seperti pilihan traveling ke pantai, ke gunung, atau perjalanan mengelilingi kota. Pilihan traveling ini, adalah mengunjungi objek-objek budaya di suatu daerah.

Perjalanan culture trip kali ini adalah melangkahkan kaki di sudut-sudut kota hujan, menelisik kekayaan budayanya yang masih tersembunyi.

Destinasi pertama! Pabrik Tahu Raos. Pabrik tahu ini sudah berdiri sejak tahun 1970-an dan diteruskan oleh keturunan keluarga. Di sini, kita belajar proses pembuatan tahu raos. Dan tentu mencicipi tahunya! Rasanya enak, asin dan sangat lembut! Berbeda dengan tahu-tahu yang pernah kucicipi di Jakarta.
Penasaran bagaimana proses pembuatan tahu raos ini? Bisa lihat video amatiran ini ya, hasil wawancara dengan si akang yang kini menjalankan bisnis pabrik tahu raos.


"Seorang Akang sedang memasak olahan kedelai di Pabrik Tahu Raos"

Destinasi berikutnya, Kampung Wayang Golek “Enday Art” di Bogor Barat. Di sini, kami melihat dan belajar proses membuat wayang, dari kayu … dipahat menjadi berbentuk rama, shinta, cepot, atau tokoh-tokoh wayang lainnya, hingga proses pewarnaan dan pemasangan busananya. Kami pun berkreasi mewarnai wayang golek kami sendiri. Rasanya tentu menyenangkan!


"Mejeng di samping hasil karya wayang golek Kang Enday"

Di sini kita tidak saja bisa belajar membuat wayang, tetapi juga bisa belajar menabuh gamelan bersama Kang Enday. Ada seperangkat alat gamelan, kenong, gong, kendang yang terjejer di teras workshop “Enday Art”

Hari sudah semakin siang, perut sudah meraung minta diisi :D, maka beranjaklah kita ke Taman Wisata Kencana untuk berburu kuliner yang dijajakan di sepanjang jalan. Di sepanjang jalan, banyak pilihan kuliner dari cita rasa tradisional dan modern, dari yang murah hingga yang bisa merogoh kocek dalam-dalam.

Destinasi akhir perjalanan kali ini, Pemandian Air Panas di Kaki Gunung Kapur di Ciseeng. Sesampainya di lokasi, kami mengeksplor tempat wisata ini. Ada banyak wahana yang tersedia di sini, dari fasilitas outbond, trekking gunung kapur, pemandangan sawah, dan tentunya fasilitas pemandian air panas.

Beruntung aku sudah sempat menanjak, melewati trekking gunung kapur dan mengabadikan momen di atas gunung kapur yang memiliki ketinggian beberapa ribu MDPL. (Akhirnya setelah sekian kali gagal kemping dan naik gunung, sekarang aku sudah menaklukan gunung kapur! Hahahah :D, tapi sungguh, trekking gunung ini jauh jauh jauh lebih mudah dan mudah dilalui, dan juga tidak terlalu tinggi :p)

Air di pemandian air panas ini mengandung belerang, sulfur dan garam, bisa menjadi obat dan menyehatkan. setelah seharian berkeliling, dan sudah menapakkan ribuan langkah di kota hujan, kini waktunya memanjakan tubuh! Berendam dengan air panas ini sungguh menyenangkan. Menyantaikan tubuh, menjernihkan pikiran, dan memberikan ketenangan.

Hari sudah gelap! Mari pulang…

Sepuluh Tips Traveling


Haiii guys, siapa yang suka traveling??? Kayanya, hampir semua orang di muka bumi ini suka traveling yah! Menyayangkan banget kalau ada orang yang ga suka traveling, sayang ga dapet kenalan baru, sayang ga dapet pengalaman baru, sayang ga dapet cerita baru,sayang ga dapet foto-foto baru! hehehe :p

Persis seperti quote yang dikutip dari Hipwee nih;

Hanya perjalanan yang mampu meninggalkan jejak mendalam yang tidak mudah dilupakan. Dari pengalaman, selama perjalanan itu, kita bisa mengenal orang baru, mencoba hal-hal yang dulu kita takuti.

Kalau aku suka banget dong sama traveling! Traveling itu bagai candu dan bisa menjadi tempat pelarian terbaik dari segala macam problema dan hiruk pikuk hidup! Halahhh

Nah, kira-kira tips apa aja ya, yang perlu kita tahu sebelum traveling? Supaya traveling kita nyaman dan memudahkan perjalanan kita, then let's check it out 10 Tips on Traveling from Hipwee.


  1. Hindari pergi di hari Sabtu, Minggu, Senin, atau saat Hari Libur Nasional. Karena saat itu semua orang ingin plesiran
  2. Demi tiket murah di tangan, bersahabat baiklah dengan aplikasi traveling yang infonya up to date setiap waktu
  3. Light weight packing bisa tercapai asal kamu mau mencuci. Jadi kamu tak perlu bawa baju sesuai jumlah hari
  4. Gulung saja seluruh baju, agar space kosong lebih luas di dalam tasmu
  5. Hoodie andalan jangan sampai ketinggalan. Dia bisa berubah jadi bantal selama perjalanan
  6. Masukkan sabun batangan ke dalam laundry bag-mu , biar tas atau koper tidak terkontaminasi aroma pakaian kotor
  7. Demi kewarasan, letakkan charger dan seluruh kabelmu dalam tempat kacamata. Kamu tak lagi harus membongkar tas untuk menemukan mereka
  8. Biar tak ada yang bermuram durja — jangan lupa bawa “Colokan T” atau “Rol Kabel” yang berfungsi dewa
  9. Bosan dibilang pelit karena tidak bagi-bagi buah tangan? Foto polaroid bisa jadi oleh-oleh unik yang tak menggerogoti kantungmu
  10. Sudah tahu kapan akan pergi? Jangan ragu memesan tiketmu lewat aplikasi pencarian tiket yang sedang menawarkan potongan harga menarik

Nah, begitulah kira-kira ya guys tips travelingnya! Boleh juga share tips traveling kamu via comment :))

Happy Travel Around :))

Ceritaku di Desa Adat Baduy

 Pagi itu aku dan beberapa teman dari Jakarta dan Bandung bersiap melakukan perjalanan menuju Desa Adat Baduy. Desa Adat? Ya, desa Baduy memang dinobatkan sebagai desa adat karena masyarakat desa Baduy, terutama desa Baduy Dalam masih menjungjung tinggi dan menjaga adat tradisi para leluhur. Masyarakat Baduy masih tinggal di dalam rumah tradisional yang terbuat dari bilik bambu, dan berbentuk panggung. Baju yang dikenakan juga baju khas baduy yakni kain samping ares dan baju putih atau hitam, serta ikat kepala.


Sore hari mobil kami sampai di Pintu Gerbang Ciboleger. Tembok pembatas antara desa Baduy dan peradaban dari dunia luar. Ya, karena di sini lah titik terakhir kita bisa mengendarai kendaraan bermotor, mendapatkan sinyal telfon dan jaringan internet yang masih bagus, akses pasar, mini market, kamar mandi dan listrik. Ketika kita sudah melewati gerbang dan memasuki desa Baduy? Oh tidak lagi! Tidak ada lagi pasar, toko, sinyal telfon dan internet (susah sekali mendapatkannya), dan kamar mandi pun amat sangat terbatas hanya beberapa rumah yang memiliki kamar mandi. Beberapa orang-orang di Baduy Luar menggunakan lampu solar untuk penerangan di malam hari, dan masih ada beberapa yang menggunakan ceplik (lampu minyak), sedangkan di Baduy Dalam semuanya menggunakan ceplik/lampu minyak.

Patung Selamat Datang di Ciboleger
Foto oleh Wulan

Dari Pintu Gerbang Ciboleger menuju Desa Balimbing di Baduy Luar kita tempuh dengan berjalan kaki. Jalanannya masih tanah, licin, dan turun hujan saat itu. Aku yang belum pernah melakukan perjalanan jauh, terutama di dataran tinggi begini merasa sangat kewalahan, apalagi dengan beban carrier 50L dan turun hujan! Aku sempat terhenti di tengah perjalanan untuk menghela nafas dan menjatuhkan ke carrier ke tanah! Ahh, aku sudah sangat lelah. Tapi teman-teman yang lain membantuku dan kita melanjutkan perjalanan.

Perjalanan menuju Desa Adat Baduy itu sungguh penuh perjuangan!

Akhirnya, petang hari kami sampai di rumah Kang Sarpin, ayah Mul di Desa Balimbing, kita singgah dan tinggal di sini selama di Baduy. Kang Sarpin, bisa dibilang adalah salah satu tokoh pemuda dari Baduy Luar. Kang Sarpin sudah sering menerima tamu dari kota.


Kami, berada di jembatan yang memisahkan desa balimbing dengan desa gazebo
Foto oleh Agung

Desa-desa di Baduy baik di Baduy Luar maupun di Baduy Dalam dipisahkan oleh sungai dan disatukan oleh jembatan yang dibuat dari kayu bambu.


Bersama dengan Ayah Mursyid, Jaro Parowari/Humas dari Desa Cibeo, Baduy Dalam (mengenakan baju khas baduy berwarna putih), Kang Nalim, salah satu warga Desa Cibeo, Baduy Dalam (mengenakan baju khas baduy berbaju hitam), dan Mul, salah satu pemudah di Desa Balimbing, Baduy Luar (mengenakan iket kepala khas baduy)
Foto oleh Agung

Mul meneteskan getah batang kisereh di mata Aldi. Batang kisereh merupakan salah satu tanaman mengobati sakit mata dan menjernihkan mata
Foto oleh Agung

Masyarakat baduy tidak melakukan pengobatan dan pemeriksaan ke dokter atau bidan, mereka (terutama masyarakat Baduy Dalam) dilarang mengikuti modernitas, mengkonsumsi obat-obatan berbahan kimia dan menggunakan sabun. Masyarakat baduy menggunakan tanaman-tanaman untuk pengobatan tradisional dan menggunakan batu untuk menyikat gigi mereka dan tak menggunakan sabun untuk mandi dan mencuci.

Ladang Huma di Baduy Luar
Foto oleh Agung

Pekerjaan utama masyarakat baduy adalah bertani. Mereka menanam padi setahun sekali di ladang huma. Selain padi mereka juga menanam sayuran, cabai, jagung dan umbi-umbian.

Perjalanan dari Desa Balimbing (Baduy Luar) menuju Desa Cibeo (Baduy Dalam)
Foto oleh Agung

Kegiatan Menenun oleh Wanita Baduy
Foto oleh Fikri

Wanita Baduy, (terutama di baduy luar) setiap sore menenun di teras rumahnya. Setiap wanita di baduy seyogyanya bisa menenun, dan kegiatan menenun ini hanya dilakukan oleh para wanita.

Jembatan yang memisahkan desa-desa di Baduy Luar
Foto oleh Fikri

Kegiatan memasak bersama dengan warga baduy luar (Kang Sarpin beserta istri)
Foto oleh Oase

Rumah tradisional masyarakat Baduy Luar
Foto oleh Agung

Leuit, tempat penyimpanan padi masyarakat Baduy
Foto oleh Agung

Leuit merupan tempat penyimpanan padi atau lumbung padi bagi masyarakat baduy. Leuit ini bisa menyimpan padi hingga berumur 100 tahun. Masing-masing kepala keluarga memiliki 1-2 buah leuit. Leuit (padi) ini merupakan salah satu bentuk simpanan kekayaan mereka. Leuit ditempatkan secara berkelompok, terpisah dengan desa/rumah asal pemilik untuk menghindari bencana/kebakaran.

Ungkapan Kasih Sayang Nenek Moyang Orang Indonesia

Hari Valentine atau disebut juga hari kasih sayang yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya.

Awalnya, hari Valentine adalah Perayaan Lupercalian pada tanggal 13-15 Februari yang dimaknai sebagai ritus pemurnian dan kesuburan. Hingga pada tahun 496 M, Paus Gelasius I melarang Lupercalia dan menyatakan 14 Februari sebagai hari Santo Valentine. Hari inilah yang marak dirayakan setiap tahun oleh muda-mudi di seluruh penjuru dunia, termasuk juga Indonesia.

Bangsa barat menyatakan dan merayakan rasa cinta kasih dan sayangnya dengan kartu ucapan valentine, mawar merah, coklat dan simbol cupid.

Lalu bagaimana dengan pengungkapan rasa cinta kasih dan sayang dalam tradisi nenek moyang orang Indonesia?

Nenek moyang kita menyatakan rasa cinta kasih dan sayangnya dengan cara yang amat elegan, penyampaian ungkapan hati dalam motif penuh makna yang tertuang dalam sehelai kain, batik!

Terdapat ribuan motif batik yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dengan beragam motif dan warnanya. Masing-masing motif batik memiliki makna, filosofi dan cara penggunaannya tersendiri.

Ribuan motif ini telah diteliti oleh Hokky Situngkir dan menjadi sebuah master piece “Pohon Filomemetika Batik” sehingga kita bisa melihat keindahan batik nusantara dalam sebuah pohon kekerabatan batik.

Lalu, motif batik apa yang mengungkapkan rasa cinta kasih dan sayang nenek moyang orang Indonesia?

Dari ribuan motif yang ada di seluruh pelosok Indonesia, ada lima motif batik yang menarik dan memunculkan sisi romantisme nenek moyang kita.

Batik Truntum

Motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III dari Surakarta Hadiningrat). Motif truntum ini memiliki makna cinta yang tumbuh kembali. Motif ini dibuat sebagai simbol cinta kasih yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum).
Motif truntum juga merupakan simbol dari cinta yang tumbuh kembali.
Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Terkadang, motif truntum ini juga dimaknai bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan yang baru.

Batik Sido Luhur

Motif batik Sido luhur berasal dari Keraton Yogyakarta. Kata sido memiliki arti menjadi/jadi/terlaksana. Motif batik yang berawalan sido mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa terlaksana. Motif batik sido luhur memiliki makna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi dan bisa menjadi contoh atau panutan masyarakat.
Motif batik sido luhur dibuat oleh Ki Ageng Henis, kakek dari Panembahan Senopati yang merupakan pendiri kerajaan Mataram Jawa. Konon, motif batik ini dibuat khusus oleh Ki Ageng Henis untuk diberikan kepada anak dan keturunannya agar memiliki hati serta pikiran yang luhur sehingga berguna bagi negara dan masyarakat.
Mitosnya, pembuatan motif batik ini diawali dengan menahan nafas cukup lama. Filosofi makna di balik motif batik Sido luhur ini juga berarti berhasil mengembangkan, menyempurnakan diri menjadi manusia yang berbudi luhur yang senantiasa berdoa, mengingat dan bersyukur kepadaNya.
Motif ini adalah motif yang dikenakan oleh pengantin saat pernikahan.

Batik Sido Asih

Batik sido asih berasal dari bahasa jawa, yakni “sido” yang berarti terus menerus/jadi/keberlanjutan dan “asih” yang mempunyai arti kasih sayang. Batik sido asih ini diartikan sebagai pelambang suatu kehidupan manusia yang penuh cinta kasih dan sayang, menentramkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.
Di dalam adat Jawa, batik sido asih sering dipakai pada acara pernikahan, kain bermotif sido asih digunakan sebagai busana malam pengantin. Dengan menggunakan motif batik sido asih, maka kedua pengantin memiliki harapan untuk mampu menjalani kehidupan barunya dengan lebih harmonis serta semakin romantis penuh cinta kasih.

 

Batik Sido Mukti

Motif batik sido mukti seringkali digunakan untuk busana pengantin dalam upacara pernikahan. Unsur motif batik sido mukti mengandung motif gurda. Harapan dari batik sido mukti ini adalah untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Batik Lasem

Batik lasem mampu menghadirkan romantisme relasi, layaknya sekuntuk mawar merah. Keindahan paduan warna dan motifnya mampu menyejukan hati berbinar asmara.
Tidak seperti bunga yang cepat layu, batik lasem lebih mempresentasikan loyalitas cinta kasih, karena sifat keabadiannya yang sarat dengan nilai-nilai filosofis, spiritualisme, art dan material. Batik lasem ini cocok untuk mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan cinta.

Mana pilihan batikmu untuk ungkapkan rasa cinta, kasih, sayang dan merayakan keceriaan valentine?